Senin, Januari 26, 2009

TIPS Menghadapi Anak Hiperaktif

Ada dua ketakutan kaum ibu menyangkut anaknya, Autis dan Hiperaktif. Jika anaknya terkena Autis, ibu akan sangat gugup karena anaknya tak fokus, cenderung pendiam dan sulit beradaptasi. Jika Hiperaktif malah gelisah karena anaknya susah dikendalikan. Padahal, rata-rata anak Autis dan Hiperaktif punya KECERDASAN yang LUAR BIASA.

Mengelola anak Hiperaktif memang butuh kesabaran yang luar biasa, juga kesadaran untuk senantiasa tak merasa lelah, demi kebaikan si anak. Anak Hiperaktif memang selalu bergerak, nakal, tak bisa berkosentrasi. Keinginannya harus segera dipenuhi. Mereka juga kadang impulsif atau melakukan sesuatu secara tiba-tiba tanpa dipikir lebih dahulu. Gangguan perilaku ini biasanya terjadi pada anak usia prasekolah dasar, atau sebelum mereka berusia 7 tahun.

Anda cemas dan gugup? Tentu, tapi jangan takut! Kami punya TIPS-nya :)

Pertama, PERIKSALAH.
Tak semua tingkah laku yang kelewatan dapat digolongkan sebagai hiperaktif. Karena itu, Anda perlu menambah pengetahuan tentang gangguan hiperaktif. Yang harus Anda lakukan adalah mengonsultasikan persoalan yang diderita anaknya kepada ahli terapi psikologi anak. Ini penting karena gangguan hiperaktivitas bisa berpengaruh pada kesehatan mental dan fisik anak, serta kemampuannya dalam menyerap pelajaran dan bersosialisasi. Tujuannya untuk mendapatkan petunjuk dari orang yang tepat tentang apa saja yang bisa Anda lakukan di rumah. Selain itu juga berguna untuk menghapus rasa bersalah dan memperbaiki sikap Anda agar tak terlalu menuntut anak secara berlebihan. Di sini biasanya para ahli akan memberikan obat yang sesuai atau sebuah terapi.

Kedua, PAHAMILAH.
Untuk bisa menangani anak hiperatif, ada baiknya pula jika Anda dan anggota keluarga mengikuti support group dan parenting skill-training. Tujuannya agar bisa lebih memahami sikap dan perilaku anak, serta apa yang dibutuhkan anak, baik secara psikologis, kognitif (intelektual) maupun fisiologis. Jika si anak merasa bahwa orang tua dan anggota keluarga lain bisa mengerti keinginannya, perasaannya, frustasinya, maka kondisi ini akan meningkatkan kemungkinan anak bisa tumbuh seperti layaknya orang-orang normal lainnya.

Ketiga, LATIH konsentrasi/kefokusannya.
Jangan tekan dia, terima kaeadaan itu. Perlakukan anak dengan hangat dan sabar, tapi konsisten dan tegas dalam menerapkan norma dan tugas. Kalau anak tidak bisa diam di satu tempat, coba pegang kedua tangannya dengan lembut, kemudian ajaklah untuk duduk diam. Mintalah agar anak menatap mata Anda ketika berbicara atau diajak berbicara. Berilah arahan dengan nada yang lembut, tanpa harus membentak. Arahan ini penting sekali untuk melatih anak disiplin dan berkonsentrasi pada satu pekerjaan. Anda harus konsisten. Jika meminta dia melakukan sesuatu, jangan berikan dia ancaman tapi pengertian, yang membuatnya tahu kenapa Anda berharap dia melakukan itu.

Keempat, TELATENLAH.
Jika dia telah betah untuk duduk lebih lama, bimbinglah anak untuk melatih koordinasi mata dan tangan dengan cara menghubungkan titik-titik yang membentuk angka atau huruf. Latihan ini juga bertujuan untuk memperbaiki cara menulis angka yang tidak baik dan salah. Selanjutnya anak bisa diberi latihan menggambar bentuk sederhana dan mewarnai. Latihan ini sangat berguna untuk melatih motorik halusnya. Bisa pula mulai diberikan latihan berhitung dengan berbagai variasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Mulailah dengan penjumlahan atau pengurangan dengan angka-angka dibawah 10. Setelah itu baru diperkenalkan konsep angka 0 dengan benar.


Jika empat fase di atas telah dapat Anda lewati, bersyukurlah, pasti keaktifan anak Anda sudah dapat difokuskan untuk perkembangan jiwanya. Ini juga akan sangat membantu Anda dalam menjaganya. Dan kini, masukilah tahap berikutnya, bagaimana Anda harus bekerjasama dengan dia.


Kelima, BANGKITKAN kepercayaan dirinya.
Jika mampu, ini juga bisa dipelajari, gunakan teknik-teknik pengelolaan perilaku, seperti menggunakan penguat positif. Misalnya memberikan pujian bila anak makan dengan tertib atau berhasil melakukan sesuatu dengan benar, memberikan disiplin yang konsisten, dan selalu memonitor perilaku anak. Tujuannya untuk meningkatkan rasa percaya diri anak.

Di samping itu anak bisa juga melakukan pengelolaan perilakunya sendiri dengan bimbingan orang tua. Misalnya, dengan memberikan contoh yang baik kepada anak, dan bila suatu saat anak melanggarnya, orangtua mengingatkan anak tentang contoh yang pernah diberikan orang tua sebelumnya.

Dalam tahap ini, usahakan emosi Anda berada di titik stabil, sehingga dia tahu, penguat positif itu tidak datang atas kendali amarah. Ingat, anak hiperaktif rata-rata juga sangat sensitif.

Keenam, KENALI arah minatnya.
Jika dia bergerak terus, jangan panik, ikutkan saja, dan catat baik-baik, kemana sebenarnya tujuan dari keaktifan dia. Jangan dilarang semuanya, nanti dia prustasi. Yang paling penting adalah mengenali bakat atau kecenderungan perhatiannya secara dini.

Dengan begitu, Anda bisa memberikan ruang gerak yang cukup bagi aktivitas anak untuk menyalurkan kelebihan energinya. Misalnya, mengikutkan anak pada klub sepakbola di bawah umur atau berenang, agar anak belajar bergaul dan disiplin. Anak juga belajar bersosial karena ia harus mengikuti tatacara kelompoknya.

Ketujuh, MINTA dia bicara.
Ini sangat penting Anda terapkan. Ingat, anak hiperaktif cenderung susah berkomunikasi dan bersosialisai, sibuk dengan dirinya sendiri. Karena itu, bantulah anak dalam bersosialisasi agar ia mempelajari nilai-nilai apa saja yang dapat diterima kelompoknya. Misalnya melakukan aktivitas bersama, sehingga Anda bisa mengajarkan anak bagaimana bersosialisasi dengan teman dan lingkungan. Ini memang butuh kesabaran dan kelembutan.

Mengembangkan keterampilan berkomunikasi si kecil memang butuh waktu. Terlebih dulu ia harus dilengkapi dengan sikap menghargai, tenggang rasa, saling memahami, dan berempati, ujar Susan Barron, Ph.D, Direktur Pusat Perkembangan dan Pembelajaran Mount Sinai Medical Center di New York dalam salah satu artikelnya di majalah Child.

Terakhir, SIAP bahu-membahu.
Jika dia telah mampu mengungkapkan pikirannya, Anda dapat segera membantunya mewujudkan apa yang dia inginkan. Jangan ragu. Bila perlu, bekerja samalah dengan guru di sekolah agar guru memahami kondisi anak yang sebenarnya. Mintalah guru tak perlu membentak, menganggap anak nakal, atau mengucilkan, karena akan berdampak lebih buruk bagi kesehatan mentalnya. Kerjasama ini juga penting karena anak sulit berkosentrasi dan menyerap pelajaran dengan baik. Dibutuhkan kesabaran dan bimbingan dari guru bagi anak hiperaktif.

Nah, itulah beberapa TIPS untuk menghadapi anak Anda yang Hiperaktif. Dia tak berbahaya, hanya butuh SENTUHAN dan PERHATIAN LEBIH. Jika itu dia dapatkan, anak Anda akan berubah jadi JENIUS yang bukan tak mungkin, akan mengubah dunia!

Take Care :)

Pendidikan Anak Perempuan Lebih Tertinggal

Jumlah anak perempuan yang tidak meneruskan pendidikan lanjutan pertama dan menengah lebih besar daripada murid laki-laki, sehingga bila tidak ada upaya untuk memperbaikinya maka usaha pemerintah untuk menekan kemiskinan tidak akan berhasil. Hal tersebut pernah disampaikan Kepala Perwakilan UNICEF di Indonesia, Steven Allen dalam peluncuran The State of the World's Children Report di Jakarta beberapa waktu lalu.

Menurut dia, berdasarkan data yang dihimpun dari Departemen Pendidikan menunjukkan adanya perbedaan besar dalam jumlah anak laki-laki yang putus sekolah dibandingkan jumlah anak perempuan, baik di tingkat Sekolah Dasar (SD) maupun Sekolah Lanjutan Pertama.

"Kemungkinan anak perempuan untuk putus sekolah lebih besar dibandingkan anak laki-laki. Di sekolah dasar, dari 10 anak yang berhenti sekolah, enam di antaranya anak perempuan dan empat lainnya anak laki-laki," katanya.

Di sekolah lanjutan pertama pun demikian, meski perbedaan jumlah yang putus sekolah antara murid laki-laki dan perempuan sedikit membesar pada jenjang SMU, yaitu tujuh anak perempuan dibanding tiga laki-laki.

Dari Laporan Departemen Pendidikan yang penyusunannya dibiayai UNICEF, terlihat jelas bahwa kondisi pendidikan di Indonesia sangat memprihatinkan, khususnya bagi anak perempuan yang ingin melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah, atau mereka yang berasal dari keluarga miskin dan tinggal di pedesaan.

Yang membanggakan Indonesia tercatat sebagai negara yang mampu menyediakan pendidikan yang setara bagi anak laki-laki dan anak perempuan untuk tingkat dasar. Kondisi ini jauh lebih baik dibandingkan banyak negara lain.

Dia menambahkan, meskipun anak-anak di Indonesia yang duduk di bangku SD besar jumlahnya dan sama dengan angka rata-rata untuk kawasan Asia Timur dan Pasifik, jumlah anak laki-laki dan perempuan yang belajar dijenjang lebih tinggi tidaklah sebesar itu. Angka Partisipasi Murni 93 persen untuk anak yang bersekolah di SD anjlok menjadi sedikit di atas 60 persen untuk anak yang duduk di bangku sekolah lanjutan pertama, dan jumlah murid perempuannya lebih sedikit dari murid laki-laki.

Allen menyebutkan beberapa persoalan penting menyangkut pendidikan untuk anak perempuan yang oleh UNICEF dipandang masih perlu diperbaiki, serta mendapat perhatian serius. Pemerintah Indonesia masih perlu menjadikan pendidikan sebagai prioritas jika negara ini ingin pembangunannya lebih berhasil. Salah satu masalah besar untuk menyediakan pendidikan berkualitas, khususnya anak perempuan, yaitu masih sedikitnya anggaran yang dialokasikan oleh pemerintah untuk sektor pendidikan. Dalam satu dasawarsa terakhir, anggaran pendidikan merosot tajam, yaitu dari sekitar sembilan persen menjadi kurang dari tujuh persen jumlah anggaran nasional.

Allen mengatakan anggaran Indonesia untuk pendidikan merupakan yang terendah di kawasan Asia Timur dan Pasifik, China, Malaysia, Filipina, dan Singapura, yang semuanya adalah pesaing utama Indonesia di bidang ekonomi. Negara-negara tersebut mengeluarkan dana lebih dari tiga kali anggaran Indonesia, sehingga wajar jika perkembangan ekonomi Indonesia berada jauh di bawah mereka.
Memperkuat data Unicef, dalam kesempatan yang sama, Menteri Peranan Wanita pernah mengatakan terbelakangnya anak perempuan dalam pendidikan tergambar dalam jumlah buta huruf dimana anak perempuan yang buta huruf lebih banyak tiga kali lipat dari anak laki-laki yang buta huruf.

Untuk mengatasi hambatan bagi anak perempuan tersebut, antara lain dengan memperdekat jarak sekolah dari rumah, memberikan subsidi biaya sekolah, memperbaiki fasilitas sanitasi, dan melindungi anak perempuan dari ancaman kekerasan.

Sementara itu Dirjen Dikdasmen Depdiknas, Indrajati Sidi, mengatakan berbagai upaya telah dilakukan untuk memperluas partisipasi masyarakat dalam hal pendanaan pendidikan di tanah air, termasuk dengan didirikannya Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan.

Mendidik Anak Dengan Origami

Origami memang bukan hanya mainan anak-anak, seperti yang telah dinyatakan oleh seniman origami dari Kanada Josep Wu pada pertemuan origamer dunia di Tokyo. Namun tak dipungkiri bahwa origami memang sangat dekat dengan dunia anak-anak. Sebagian di antara model origami jelas sangat disukai mereka dan juga sangat sesuai dengan dunia anak.

Aktifitas origami itu sendiri ternyata juga sangat disenangi oleh hampir semua anak-anak. Maka bagi orang tua yang sudah mengerti manfaat dan nilai positifnya bagi mereka, tentu tidak akan melewatkan aktifitas, sarana dan kesempatan ini begitu saja. Berikut ini beberapa alasan dan sekaligus manfaat berorigami untuk mereka.

1. Anak belajar meniru/mengikuti arahan
Ketika seorang anak mengikuti tahap demi tahap lipatan dengan baik, maka sebenarnya ia telah belajar bagaimana mengikuti petunjuk dan arahan baik dari orang tua, instruktur, maupun dari gambar/foto origami. Dari sanalah ia belajar membuat sesuatu dari cara yang paling mendasar yakni meniru.

2. Anak belajar berkreatifitas
Origami memang dunia kreatifitas. Begitu banyak model origami, baik model tradisional maupun model dari karya-karya terbaru. Seorang anak tinggal memilih model apa dan mana yang ia sukai. Seiring dengan itu, jika anak sudah mulai mahir melipat dan sudah banyak model yang ia lipat, maka pada saat tertentu nanti akan muncul gagasan ingin membuat sesuatu dari teknik-teknik lipatan yang telah dikenalnya. Ini artinya ia belajar berkreasi untuk menghasilkan sesuatu.

3. Anak belajar berimajinasi
Model origami biasanya juga merupakan miniatur dari makhluk dan benda-benda kebutuhan hidup. Modelnya merupakan hasil dari imajinasi para pembuatnya. Ada model-model yang sangat jelas atau sangat natural dari bentuk-bentuk atau model-model kehidupan. Namun ia juga kadang begitu abstrak sehingga lebih diperlukan imajinasi yang kuat untuk menangkapnya. Seorang anak akan belajar berimajinasi melalui origami ini. Apalagi ketika ia telah mencoba berkreasi dengan sesuatu bentuk yang baru tanpa meniru atau mengikuti diagramnya.

4. Anak belajar berkarya (seni)
Origami adalah seni melipat kertas, sehingga ketika seorang anak membuat origami berarti ia telah belajar berkarya (seni). Seni di sini bisa diartikan dalam dua hal, yakni pertama seni melipatnya (teknik dan cara melipatnya, prosesnya pada setiap tahapan, dsb), yang kedua adalah modelnya itu sendiri yang menjadi karya seni. Hasil karya origami jelas dapat dimasukkan dalam seni visual (visual art). Penggunaan jenis ragam dan warna kertas akan menjadikan model yang juga berbeda, termasuk komposisi yang diinginkannya.

5. Anak belajar menghargai/mengapresiasi
Bicara soal karya dan seni, tentu tidak lepas dari kata apresiasi dan penghargaan. Mempraktekkan origami berarti juga belajar mengapresiasi sebuah cabang karya seni dari seni visual. Seorang anak ketika berorigami berarti juga akan belajar mengapresiasi seni dan keindahan sejak dini, artinya ia juga belajar kehalusan jiwa.

6. Anak belajar membuat model
Origami adalah melipat kertas untuk membuat suatu model. Maka ketika seorang anak berorigami, ia sedang belajar membuat dari selembar kertas (atau lebih) menjadi sebuah model sesuai dengan kemampuan dan kesukaannya. Model dalam origami sangatlah banyak dan terus berkembang seiring dengan karya-karya baru yang dihasilkan oleh para pelipat. Namun model origami yang disukai anak biasanya adalah model origami tradisional yang berupa mainan (miniatur) binatang, pesawat (anak laki-laki), rumah dan alat rumah tangga (anak wanita) dan sebagainya. Model origami untuk anak ini, biasanya terdiri dari lipatan sederhana dengan sedikit tahapan dalam diagramnya. Namun tidak menutup kemungkinan, seorang anak yang telah banyak mencoba jenis lipatan akan bisa membuat model origami yang mempunyai tingkat kesulitan tinggi. Semakin banyak mencoba jenis lipatan, seorang anak tentu dapat membuat model origami lebih banyak lagi.

7. Anak belajar membuat mainannya sendiri
Banyak model origami yang dapat digunakan untuk bermain anak, misalnya kodok lompat, piring terbang, bola besar, pesawat-pesawat terbang, perahu, kuda berputar, suara tembakan, baling-baling, model peralatan rumah mulai lemari, kursi, meja dipan, dan lain-lain. Model-model itu umumnya dapat cukup dibuat dari selembar kertas saja. Untuk model tertentu yang berukuran besar bisa menggunakan kertas koran, seperti untuk membuat topi, bola besar, pesawat dan lain-lain. Perlu digaris-bawahi bahwa dalam berorigami, melipatnya itu sendiri adalah bagian dari bermain, setelah menjadi model, juga dapat dimainkan baik sendiri atau bersama.

8. Anak belajar membaca diagram/gambar
Belajar origami, selain melalui bimbingan seorang guru atau instruktur, dapat pula melalui animasi atau melalui diagram dari sebuah buku origami. Jadi seorang anak dapat membuat origami dengan mengikuti diagram yang ada dalam buku, meski harus dipilih dan disesuaikan dengan tingkat kemampuannya. Ini diharapkan agar anak tidak kesulitan untuk menyelesaikannya. Bahkan dianjurkan, bila kemampuan sang anak masih tahap pemula, baiknya senantiasa didampingi orang dewasa, agar ketika mendapat kesulitan ada yang membantu untuk menyelesaikannya. Yang pasti, semakin sering anak berlatih melalui diagram-diagram yang ada, maka akan meningkat pula kemampuan membaca diagramnya termasuk pengenalan terhadap jenis lipatan yang digunakan. Proses membaca diagram akan merangsang logikanya untuk memikirkan rangkaian tahapan hingga selesai.

9. Anak belajar menemukan solusi bagi persoalannya
Sebuah diagram origami terdiri dari beberapa tahapan, dimana setiap tahapannya merupakan rangkaian persoalan-persoalan lipatan yang beraneka ragam. Ketika seorang anak membuat origami dengan cara mengikuti alur sebuah diagram, sebetulnya dia sedang menghadapi persoalan pada setiap tahapan diagram itu. Bilamana dia berhasil mengikuti tahap demi tahap, artinya ia dapat menyelesaikan persoalan origami. Pada saat seperti itu, untuk anak umur tertentu akan berjalan logikanya, bagaimana mengikuti, membaca gambar, dan menyelesaikan persoalan-persoalan itu. Bahkan jika sudah mulai membuat karya sendiri, ia akan berusaha mencari solusi, hingga berhasil membentuk sebuah model origami yang diharapkan. Tentu ini latihan yang sangat baik bagi anak untuk belajar memecahkan persoalannya.

10. Anak belajar perbandingan (proporsi) dan berfikir matematis
Satu di antara yang sangat menentukan keindahan model origami adalah yang disebut dengan proporsi bentuk (perbandingan bentuk). Mengapa model ini atau itu mirip bentuk tertentu adalah karena teori proporsi. Tingkat keindahan sebuah model origami (meski sudah jelas modelnya) adalah juga sangat terletak pada proporsi ini. Di sisi lain jenis lipatan origami tradisional umumnya merupakan jenis lipatan berdasarkan teori matematis, artinya bukan asal lipatan (berbeda dengan banyak teknik untuk model-model kontemporer). Dengan demikian, aktifitas origami dapat membimbing seorang anak untuk mengenal konsep perbandingan bentuk dan sekaligus konsep matematis.

Persiapkan Dana Pendidikan Anak

Sepertinya semua orangtua memiliki cita-cita agar anaknya mendapatkan pendidikan terbaik dan setinggi mungkin. Karena bagaimana pun warisan paling berharga yang bisa diberikan oleh orangtua adalah pendidikan. Sayangnya, untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu, orangtua harus merogoh kocek cukup dalam. Di sinilah pentingnya kesadaran dari para orangtua untuk melakukan persiapan dana pendidikan si buah hati.

Tetapi menyiapkan dana pendidikan anak tidaklah mudah. Dibutuhkan strategi dan persiapan matang agar tersedia dana yang cukup saat tiba waktunya si kecil memasuki jenjang pendidikan yang dituju. Menurut Priyadi Setiawan, Head of Business Development AXA-Life Indonesia, ada beberapa hal yang bisa Anda jadikan panduan untuk merancang dana pendidikan anak :

1. Tentukan tujuan atau target pendidikan anak

Semakin tinggi jenjang pendidikan yang diinginkan biasanya semakin tinggi pula biaya yang perlu disiapkan. Contoh : S2 pasti memerlukan biaya lebih tinggi daripada S1. Sebaiknya perhitungkan juga biaya hidup selain biaya akademis, seperti akomodasi, transport, konsumsi, jika Anda ingin menyekolahkan anak di luar negeri.

2. Perhitungkan variabel-variabel yang mempengaruhi pencapaian dana pendidikan tersebut.

Yaitu kapan biaya tersebut dibutuhkan, asumsi kenaikan biaya pendidikan per tahun (inflasi), dan berapa persen suku bunga atau ROI yang perlu dicapai untuk mendapatkan jumlah tersebut pada waktunya, dengan jumlah tabungan atau investasi rutin yang terjangkau oleh keluarga.

3. Carilah informasi mengenai instrumen finansial yang bisa memenuhi target dana pendidikan.

Termasuk memenuhi unsur proteksi finansial (yang akan memastikan tercapainya dana pendidikan walaupun orang tua meninggal atau tidak lagi bisa bekerja), misalnya dengan mengikuti asuransi pendidikan.

4. Analisis informasi dari poin pertama sampai ketiga dan jawab pertanyaan berikut :

- Apakah tingkat pendidikan sudah sesuai dengan cita-cita Anda ?
- Apakah Anda mampu menabung/menyisihkan dana secara rutin dengan jumlah yang mencukupi untuk mencapai target dana tersebut, berdasarkan asumsi yang Anda gunakan?
- Apakah ada instrumen yang mampu memberikan bunga atau ROI sebesar yang Anda asumsikan dalam perhitungan Anda ?

Kalau jawaban salah satu saja dari ketiga pertanyaan tersebut adalah TIDAK, maka Anda harus melakukan revisi atas rencana dan perhitungan Anda.
Kalau jawaban ketiga pertanyaan tersebut adalah YA, maka Anda bisa masuk langkah kelima.

5. Pilihlah produk mana yang akan Anda pakai sebagai wahana finansial untuk mencapai target dana pendidikan Anda yang memenuhi kriteria berikut:

- Mampu memberikan ROI sebesar yang Anda asumsikan, - Mudah dilakukan adjustment apabila ternyata asumsi ROI tidak sama dengan asumsi (fleksibel),
- Besarnya cicilan terjangkau oleh keluarga,
- Risiko investasi bisa terukur dan dikelola oleh anda (manageable risk),
- Mudah dilakukan monitoring (transparan),
- Ada elemen proteksi finansial sehingga kalaupun orangtua meninggal, target dana tetap tercapai.

6. Lakukan evaluasi rutin setiap 6 bulan untuk melihat apakah asumsi yang Anda gunakan tercapai atau tidak.

7. Terakhir, kalau diperlukan, gunakan jasa seorang Perencana Keuangan untuk menjalankan dan mengawasi program Anda ini.

Apa pun cara yang Anda pilih untuk menyiapkan dana pendidikan si buah hati, yang jelas, tak perlu terlalu ngoyo dalam melakukannya. Sisihkan saja penghasilan Anda secara wajar setiap bulan, sehingga tujuan menabung tercapai tanpa harus mengorbankan kebutuhan hidup Anda sekarang.