Senin, Januari 26, 2009

TIPS Menghadapi Anak Hiperaktif

Ada dua ketakutan kaum ibu menyangkut anaknya, Autis dan Hiperaktif. Jika anaknya terkena Autis, ibu akan sangat gugup karena anaknya tak fokus, cenderung pendiam dan sulit beradaptasi. Jika Hiperaktif malah gelisah karena anaknya susah dikendalikan. Padahal, rata-rata anak Autis dan Hiperaktif punya KECERDASAN yang LUAR BIASA.

Mengelola anak Hiperaktif memang butuh kesabaran yang luar biasa, juga kesadaran untuk senantiasa tak merasa lelah, demi kebaikan si anak. Anak Hiperaktif memang selalu bergerak, nakal, tak bisa berkosentrasi. Keinginannya harus segera dipenuhi. Mereka juga kadang impulsif atau melakukan sesuatu secara tiba-tiba tanpa dipikir lebih dahulu. Gangguan perilaku ini biasanya terjadi pada anak usia prasekolah dasar, atau sebelum mereka berusia 7 tahun.

Anda cemas dan gugup? Tentu, tapi jangan takut! Kami punya TIPS-nya :)

Pertama, PERIKSALAH.
Tak semua tingkah laku yang kelewatan dapat digolongkan sebagai hiperaktif. Karena itu, Anda perlu menambah pengetahuan tentang gangguan hiperaktif. Yang harus Anda lakukan adalah mengonsultasikan persoalan yang diderita anaknya kepada ahli terapi psikologi anak. Ini penting karena gangguan hiperaktivitas bisa berpengaruh pada kesehatan mental dan fisik anak, serta kemampuannya dalam menyerap pelajaran dan bersosialisasi. Tujuannya untuk mendapatkan petunjuk dari orang yang tepat tentang apa saja yang bisa Anda lakukan di rumah. Selain itu juga berguna untuk menghapus rasa bersalah dan memperbaiki sikap Anda agar tak terlalu menuntut anak secara berlebihan. Di sini biasanya para ahli akan memberikan obat yang sesuai atau sebuah terapi.

Kedua, PAHAMILAH.
Untuk bisa menangani anak hiperatif, ada baiknya pula jika Anda dan anggota keluarga mengikuti support group dan parenting skill-training. Tujuannya agar bisa lebih memahami sikap dan perilaku anak, serta apa yang dibutuhkan anak, baik secara psikologis, kognitif (intelektual) maupun fisiologis. Jika si anak merasa bahwa orang tua dan anggota keluarga lain bisa mengerti keinginannya, perasaannya, frustasinya, maka kondisi ini akan meningkatkan kemungkinan anak bisa tumbuh seperti layaknya orang-orang normal lainnya.

Ketiga, LATIH konsentrasi/kefokusannya.
Jangan tekan dia, terima kaeadaan itu. Perlakukan anak dengan hangat dan sabar, tapi konsisten dan tegas dalam menerapkan norma dan tugas. Kalau anak tidak bisa diam di satu tempat, coba pegang kedua tangannya dengan lembut, kemudian ajaklah untuk duduk diam. Mintalah agar anak menatap mata Anda ketika berbicara atau diajak berbicara. Berilah arahan dengan nada yang lembut, tanpa harus membentak. Arahan ini penting sekali untuk melatih anak disiplin dan berkonsentrasi pada satu pekerjaan. Anda harus konsisten. Jika meminta dia melakukan sesuatu, jangan berikan dia ancaman tapi pengertian, yang membuatnya tahu kenapa Anda berharap dia melakukan itu.

Keempat, TELATENLAH.
Jika dia telah betah untuk duduk lebih lama, bimbinglah anak untuk melatih koordinasi mata dan tangan dengan cara menghubungkan titik-titik yang membentuk angka atau huruf. Latihan ini juga bertujuan untuk memperbaiki cara menulis angka yang tidak baik dan salah. Selanjutnya anak bisa diberi latihan menggambar bentuk sederhana dan mewarnai. Latihan ini sangat berguna untuk melatih motorik halusnya. Bisa pula mulai diberikan latihan berhitung dengan berbagai variasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Mulailah dengan penjumlahan atau pengurangan dengan angka-angka dibawah 10. Setelah itu baru diperkenalkan konsep angka 0 dengan benar.


Jika empat fase di atas telah dapat Anda lewati, bersyukurlah, pasti keaktifan anak Anda sudah dapat difokuskan untuk perkembangan jiwanya. Ini juga akan sangat membantu Anda dalam menjaganya. Dan kini, masukilah tahap berikutnya, bagaimana Anda harus bekerjasama dengan dia.


Kelima, BANGKITKAN kepercayaan dirinya.
Jika mampu, ini juga bisa dipelajari, gunakan teknik-teknik pengelolaan perilaku, seperti menggunakan penguat positif. Misalnya memberikan pujian bila anak makan dengan tertib atau berhasil melakukan sesuatu dengan benar, memberikan disiplin yang konsisten, dan selalu memonitor perilaku anak. Tujuannya untuk meningkatkan rasa percaya diri anak.

Di samping itu anak bisa juga melakukan pengelolaan perilakunya sendiri dengan bimbingan orang tua. Misalnya, dengan memberikan contoh yang baik kepada anak, dan bila suatu saat anak melanggarnya, orangtua mengingatkan anak tentang contoh yang pernah diberikan orang tua sebelumnya.

Dalam tahap ini, usahakan emosi Anda berada di titik stabil, sehingga dia tahu, penguat positif itu tidak datang atas kendali amarah. Ingat, anak hiperaktif rata-rata juga sangat sensitif.

Keenam, KENALI arah minatnya.
Jika dia bergerak terus, jangan panik, ikutkan saja, dan catat baik-baik, kemana sebenarnya tujuan dari keaktifan dia. Jangan dilarang semuanya, nanti dia prustasi. Yang paling penting adalah mengenali bakat atau kecenderungan perhatiannya secara dini.

Dengan begitu, Anda bisa memberikan ruang gerak yang cukup bagi aktivitas anak untuk menyalurkan kelebihan energinya. Misalnya, mengikutkan anak pada klub sepakbola di bawah umur atau berenang, agar anak belajar bergaul dan disiplin. Anak juga belajar bersosial karena ia harus mengikuti tatacara kelompoknya.

Ketujuh, MINTA dia bicara.
Ini sangat penting Anda terapkan. Ingat, anak hiperaktif cenderung susah berkomunikasi dan bersosialisai, sibuk dengan dirinya sendiri. Karena itu, bantulah anak dalam bersosialisasi agar ia mempelajari nilai-nilai apa saja yang dapat diterima kelompoknya. Misalnya melakukan aktivitas bersama, sehingga Anda bisa mengajarkan anak bagaimana bersosialisasi dengan teman dan lingkungan. Ini memang butuh kesabaran dan kelembutan.

Mengembangkan keterampilan berkomunikasi si kecil memang butuh waktu. Terlebih dulu ia harus dilengkapi dengan sikap menghargai, tenggang rasa, saling memahami, dan berempati, ujar Susan Barron, Ph.D, Direktur Pusat Perkembangan dan Pembelajaran Mount Sinai Medical Center di New York dalam salah satu artikelnya di majalah Child.

Terakhir, SIAP bahu-membahu.
Jika dia telah mampu mengungkapkan pikirannya, Anda dapat segera membantunya mewujudkan apa yang dia inginkan. Jangan ragu. Bila perlu, bekerja samalah dengan guru di sekolah agar guru memahami kondisi anak yang sebenarnya. Mintalah guru tak perlu membentak, menganggap anak nakal, atau mengucilkan, karena akan berdampak lebih buruk bagi kesehatan mentalnya. Kerjasama ini juga penting karena anak sulit berkosentrasi dan menyerap pelajaran dengan baik. Dibutuhkan kesabaran dan bimbingan dari guru bagi anak hiperaktif.

Nah, itulah beberapa TIPS untuk menghadapi anak Anda yang Hiperaktif. Dia tak berbahaya, hanya butuh SENTUHAN dan PERHATIAN LEBIH. Jika itu dia dapatkan, anak Anda akan berubah jadi JENIUS yang bukan tak mungkin, akan mengubah dunia!

Take Care :)

Pendidikan Anak Perempuan Lebih Tertinggal

Jumlah anak perempuan yang tidak meneruskan pendidikan lanjutan pertama dan menengah lebih besar daripada murid laki-laki, sehingga bila tidak ada upaya untuk memperbaikinya maka usaha pemerintah untuk menekan kemiskinan tidak akan berhasil. Hal tersebut pernah disampaikan Kepala Perwakilan UNICEF di Indonesia, Steven Allen dalam peluncuran The State of the World's Children Report di Jakarta beberapa waktu lalu.

Menurut dia, berdasarkan data yang dihimpun dari Departemen Pendidikan menunjukkan adanya perbedaan besar dalam jumlah anak laki-laki yang putus sekolah dibandingkan jumlah anak perempuan, baik di tingkat Sekolah Dasar (SD) maupun Sekolah Lanjutan Pertama.

"Kemungkinan anak perempuan untuk putus sekolah lebih besar dibandingkan anak laki-laki. Di sekolah dasar, dari 10 anak yang berhenti sekolah, enam di antaranya anak perempuan dan empat lainnya anak laki-laki," katanya.

Di sekolah lanjutan pertama pun demikian, meski perbedaan jumlah yang putus sekolah antara murid laki-laki dan perempuan sedikit membesar pada jenjang SMU, yaitu tujuh anak perempuan dibanding tiga laki-laki.

Dari Laporan Departemen Pendidikan yang penyusunannya dibiayai UNICEF, terlihat jelas bahwa kondisi pendidikan di Indonesia sangat memprihatinkan, khususnya bagi anak perempuan yang ingin melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah, atau mereka yang berasal dari keluarga miskin dan tinggal di pedesaan.

Yang membanggakan Indonesia tercatat sebagai negara yang mampu menyediakan pendidikan yang setara bagi anak laki-laki dan anak perempuan untuk tingkat dasar. Kondisi ini jauh lebih baik dibandingkan banyak negara lain.

Dia menambahkan, meskipun anak-anak di Indonesia yang duduk di bangku SD besar jumlahnya dan sama dengan angka rata-rata untuk kawasan Asia Timur dan Pasifik, jumlah anak laki-laki dan perempuan yang belajar dijenjang lebih tinggi tidaklah sebesar itu. Angka Partisipasi Murni 93 persen untuk anak yang bersekolah di SD anjlok menjadi sedikit di atas 60 persen untuk anak yang duduk di bangku sekolah lanjutan pertama, dan jumlah murid perempuannya lebih sedikit dari murid laki-laki.

Allen menyebutkan beberapa persoalan penting menyangkut pendidikan untuk anak perempuan yang oleh UNICEF dipandang masih perlu diperbaiki, serta mendapat perhatian serius. Pemerintah Indonesia masih perlu menjadikan pendidikan sebagai prioritas jika negara ini ingin pembangunannya lebih berhasil. Salah satu masalah besar untuk menyediakan pendidikan berkualitas, khususnya anak perempuan, yaitu masih sedikitnya anggaran yang dialokasikan oleh pemerintah untuk sektor pendidikan. Dalam satu dasawarsa terakhir, anggaran pendidikan merosot tajam, yaitu dari sekitar sembilan persen menjadi kurang dari tujuh persen jumlah anggaran nasional.

Allen mengatakan anggaran Indonesia untuk pendidikan merupakan yang terendah di kawasan Asia Timur dan Pasifik, China, Malaysia, Filipina, dan Singapura, yang semuanya adalah pesaing utama Indonesia di bidang ekonomi. Negara-negara tersebut mengeluarkan dana lebih dari tiga kali anggaran Indonesia, sehingga wajar jika perkembangan ekonomi Indonesia berada jauh di bawah mereka.
Memperkuat data Unicef, dalam kesempatan yang sama, Menteri Peranan Wanita pernah mengatakan terbelakangnya anak perempuan dalam pendidikan tergambar dalam jumlah buta huruf dimana anak perempuan yang buta huruf lebih banyak tiga kali lipat dari anak laki-laki yang buta huruf.

Untuk mengatasi hambatan bagi anak perempuan tersebut, antara lain dengan memperdekat jarak sekolah dari rumah, memberikan subsidi biaya sekolah, memperbaiki fasilitas sanitasi, dan melindungi anak perempuan dari ancaman kekerasan.

Sementara itu Dirjen Dikdasmen Depdiknas, Indrajati Sidi, mengatakan berbagai upaya telah dilakukan untuk memperluas partisipasi masyarakat dalam hal pendanaan pendidikan di tanah air, termasuk dengan didirikannya Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan.

Mendidik Anak Dengan Origami

Origami memang bukan hanya mainan anak-anak, seperti yang telah dinyatakan oleh seniman origami dari Kanada Josep Wu pada pertemuan origamer dunia di Tokyo. Namun tak dipungkiri bahwa origami memang sangat dekat dengan dunia anak-anak. Sebagian di antara model origami jelas sangat disukai mereka dan juga sangat sesuai dengan dunia anak.

Aktifitas origami itu sendiri ternyata juga sangat disenangi oleh hampir semua anak-anak. Maka bagi orang tua yang sudah mengerti manfaat dan nilai positifnya bagi mereka, tentu tidak akan melewatkan aktifitas, sarana dan kesempatan ini begitu saja. Berikut ini beberapa alasan dan sekaligus manfaat berorigami untuk mereka.

1. Anak belajar meniru/mengikuti arahan
Ketika seorang anak mengikuti tahap demi tahap lipatan dengan baik, maka sebenarnya ia telah belajar bagaimana mengikuti petunjuk dan arahan baik dari orang tua, instruktur, maupun dari gambar/foto origami. Dari sanalah ia belajar membuat sesuatu dari cara yang paling mendasar yakni meniru.

2. Anak belajar berkreatifitas
Origami memang dunia kreatifitas. Begitu banyak model origami, baik model tradisional maupun model dari karya-karya terbaru. Seorang anak tinggal memilih model apa dan mana yang ia sukai. Seiring dengan itu, jika anak sudah mulai mahir melipat dan sudah banyak model yang ia lipat, maka pada saat tertentu nanti akan muncul gagasan ingin membuat sesuatu dari teknik-teknik lipatan yang telah dikenalnya. Ini artinya ia belajar berkreasi untuk menghasilkan sesuatu.

3. Anak belajar berimajinasi
Model origami biasanya juga merupakan miniatur dari makhluk dan benda-benda kebutuhan hidup. Modelnya merupakan hasil dari imajinasi para pembuatnya. Ada model-model yang sangat jelas atau sangat natural dari bentuk-bentuk atau model-model kehidupan. Namun ia juga kadang begitu abstrak sehingga lebih diperlukan imajinasi yang kuat untuk menangkapnya. Seorang anak akan belajar berimajinasi melalui origami ini. Apalagi ketika ia telah mencoba berkreasi dengan sesuatu bentuk yang baru tanpa meniru atau mengikuti diagramnya.

4. Anak belajar berkarya (seni)
Origami adalah seni melipat kertas, sehingga ketika seorang anak membuat origami berarti ia telah belajar berkarya (seni). Seni di sini bisa diartikan dalam dua hal, yakni pertama seni melipatnya (teknik dan cara melipatnya, prosesnya pada setiap tahapan, dsb), yang kedua adalah modelnya itu sendiri yang menjadi karya seni. Hasil karya origami jelas dapat dimasukkan dalam seni visual (visual art). Penggunaan jenis ragam dan warna kertas akan menjadikan model yang juga berbeda, termasuk komposisi yang diinginkannya.

5. Anak belajar menghargai/mengapresiasi
Bicara soal karya dan seni, tentu tidak lepas dari kata apresiasi dan penghargaan. Mempraktekkan origami berarti juga belajar mengapresiasi sebuah cabang karya seni dari seni visual. Seorang anak ketika berorigami berarti juga akan belajar mengapresiasi seni dan keindahan sejak dini, artinya ia juga belajar kehalusan jiwa.

6. Anak belajar membuat model
Origami adalah melipat kertas untuk membuat suatu model. Maka ketika seorang anak berorigami, ia sedang belajar membuat dari selembar kertas (atau lebih) menjadi sebuah model sesuai dengan kemampuan dan kesukaannya. Model dalam origami sangatlah banyak dan terus berkembang seiring dengan karya-karya baru yang dihasilkan oleh para pelipat. Namun model origami yang disukai anak biasanya adalah model origami tradisional yang berupa mainan (miniatur) binatang, pesawat (anak laki-laki), rumah dan alat rumah tangga (anak wanita) dan sebagainya. Model origami untuk anak ini, biasanya terdiri dari lipatan sederhana dengan sedikit tahapan dalam diagramnya. Namun tidak menutup kemungkinan, seorang anak yang telah banyak mencoba jenis lipatan akan bisa membuat model origami yang mempunyai tingkat kesulitan tinggi. Semakin banyak mencoba jenis lipatan, seorang anak tentu dapat membuat model origami lebih banyak lagi.

7. Anak belajar membuat mainannya sendiri
Banyak model origami yang dapat digunakan untuk bermain anak, misalnya kodok lompat, piring terbang, bola besar, pesawat-pesawat terbang, perahu, kuda berputar, suara tembakan, baling-baling, model peralatan rumah mulai lemari, kursi, meja dipan, dan lain-lain. Model-model itu umumnya dapat cukup dibuat dari selembar kertas saja. Untuk model tertentu yang berukuran besar bisa menggunakan kertas koran, seperti untuk membuat topi, bola besar, pesawat dan lain-lain. Perlu digaris-bawahi bahwa dalam berorigami, melipatnya itu sendiri adalah bagian dari bermain, setelah menjadi model, juga dapat dimainkan baik sendiri atau bersama.

8. Anak belajar membaca diagram/gambar
Belajar origami, selain melalui bimbingan seorang guru atau instruktur, dapat pula melalui animasi atau melalui diagram dari sebuah buku origami. Jadi seorang anak dapat membuat origami dengan mengikuti diagram yang ada dalam buku, meski harus dipilih dan disesuaikan dengan tingkat kemampuannya. Ini diharapkan agar anak tidak kesulitan untuk menyelesaikannya. Bahkan dianjurkan, bila kemampuan sang anak masih tahap pemula, baiknya senantiasa didampingi orang dewasa, agar ketika mendapat kesulitan ada yang membantu untuk menyelesaikannya. Yang pasti, semakin sering anak berlatih melalui diagram-diagram yang ada, maka akan meningkat pula kemampuan membaca diagramnya termasuk pengenalan terhadap jenis lipatan yang digunakan. Proses membaca diagram akan merangsang logikanya untuk memikirkan rangkaian tahapan hingga selesai.

9. Anak belajar menemukan solusi bagi persoalannya
Sebuah diagram origami terdiri dari beberapa tahapan, dimana setiap tahapannya merupakan rangkaian persoalan-persoalan lipatan yang beraneka ragam. Ketika seorang anak membuat origami dengan cara mengikuti alur sebuah diagram, sebetulnya dia sedang menghadapi persoalan pada setiap tahapan diagram itu. Bilamana dia berhasil mengikuti tahap demi tahap, artinya ia dapat menyelesaikan persoalan origami. Pada saat seperti itu, untuk anak umur tertentu akan berjalan logikanya, bagaimana mengikuti, membaca gambar, dan menyelesaikan persoalan-persoalan itu. Bahkan jika sudah mulai membuat karya sendiri, ia akan berusaha mencari solusi, hingga berhasil membentuk sebuah model origami yang diharapkan. Tentu ini latihan yang sangat baik bagi anak untuk belajar memecahkan persoalannya.

10. Anak belajar perbandingan (proporsi) dan berfikir matematis
Satu di antara yang sangat menentukan keindahan model origami adalah yang disebut dengan proporsi bentuk (perbandingan bentuk). Mengapa model ini atau itu mirip bentuk tertentu adalah karena teori proporsi. Tingkat keindahan sebuah model origami (meski sudah jelas modelnya) adalah juga sangat terletak pada proporsi ini. Di sisi lain jenis lipatan origami tradisional umumnya merupakan jenis lipatan berdasarkan teori matematis, artinya bukan asal lipatan (berbeda dengan banyak teknik untuk model-model kontemporer). Dengan demikian, aktifitas origami dapat membimbing seorang anak untuk mengenal konsep perbandingan bentuk dan sekaligus konsep matematis.

Persiapkan Dana Pendidikan Anak

Sepertinya semua orangtua memiliki cita-cita agar anaknya mendapatkan pendidikan terbaik dan setinggi mungkin. Karena bagaimana pun warisan paling berharga yang bisa diberikan oleh orangtua adalah pendidikan. Sayangnya, untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu, orangtua harus merogoh kocek cukup dalam. Di sinilah pentingnya kesadaran dari para orangtua untuk melakukan persiapan dana pendidikan si buah hati.

Tetapi menyiapkan dana pendidikan anak tidaklah mudah. Dibutuhkan strategi dan persiapan matang agar tersedia dana yang cukup saat tiba waktunya si kecil memasuki jenjang pendidikan yang dituju. Menurut Priyadi Setiawan, Head of Business Development AXA-Life Indonesia, ada beberapa hal yang bisa Anda jadikan panduan untuk merancang dana pendidikan anak :

1. Tentukan tujuan atau target pendidikan anak

Semakin tinggi jenjang pendidikan yang diinginkan biasanya semakin tinggi pula biaya yang perlu disiapkan. Contoh : S2 pasti memerlukan biaya lebih tinggi daripada S1. Sebaiknya perhitungkan juga biaya hidup selain biaya akademis, seperti akomodasi, transport, konsumsi, jika Anda ingin menyekolahkan anak di luar negeri.

2. Perhitungkan variabel-variabel yang mempengaruhi pencapaian dana pendidikan tersebut.

Yaitu kapan biaya tersebut dibutuhkan, asumsi kenaikan biaya pendidikan per tahun (inflasi), dan berapa persen suku bunga atau ROI yang perlu dicapai untuk mendapatkan jumlah tersebut pada waktunya, dengan jumlah tabungan atau investasi rutin yang terjangkau oleh keluarga.

3. Carilah informasi mengenai instrumen finansial yang bisa memenuhi target dana pendidikan.

Termasuk memenuhi unsur proteksi finansial (yang akan memastikan tercapainya dana pendidikan walaupun orang tua meninggal atau tidak lagi bisa bekerja), misalnya dengan mengikuti asuransi pendidikan.

4. Analisis informasi dari poin pertama sampai ketiga dan jawab pertanyaan berikut :

- Apakah tingkat pendidikan sudah sesuai dengan cita-cita Anda ?
- Apakah Anda mampu menabung/menyisihkan dana secara rutin dengan jumlah yang mencukupi untuk mencapai target dana tersebut, berdasarkan asumsi yang Anda gunakan?
- Apakah ada instrumen yang mampu memberikan bunga atau ROI sebesar yang Anda asumsikan dalam perhitungan Anda ?

Kalau jawaban salah satu saja dari ketiga pertanyaan tersebut adalah TIDAK, maka Anda harus melakukan revisi atas rencana dan perhitungan Anda.
Kalau jawaban ketiga pertanyaan tersebut adalah YA, maka Anda bisa masuk langkah kelima.

5. Pilihlah produk mana yang akan Anda pakai sebagai wahana finansial untuk mencapai target dana pendidikan Anda yang memenuhi kriteria berikut:

- Mampu memberikan ROI sebesar yang Anda asumsikan, - Mudah dilakukan adjustment apabila ternyata asumsi ROI tidak sama dengan asumsi (fleksibel),
- Besarnya cicilan terjangkau oleh keluarga,
- Risiko investasi bisa terukur dan dikelola oleh anda (manageable risk),
- Mudah dilakukan monitoring (transparan),
- Ada elemen proteksi finansial sehingga kalaupun orangtua meninggal, target dana tetap tercapai.

6. Lakukan evaluasi rutin setiap 6 bulan untuk melihat apakah asumsi yang Anda gunakan tercapai atau tidak.

7. Terakhir, kalau diperlukan, gunakan jasa seorang Perencana Keuangan untuk menjalankan dan mengawasi program Anda ini.

Apa pun cara yang Anda pilih untuk menyiapkan dana pendidikan si buah hati, yang jelas, tak perlu terlalu ngoyo dalam melakukannya. Sisihkan saja penghasilan Anda secara wajar setiap bulan, sehingga tujuan menabung tercapai tanpa harus mengorbankan kebutuhan hidup Anda sekarang.

Anak Tak Nyaman di Sekolah

Agar tak perlu cemas berlebihan tentang apa dan bagaimana perasaan anak di sekolah, berikut langkah yang bisa dilakukan.

1. Komunikasi
Bicarakan mengenai apa saja yang terjadi di sekolah secara teratur. Tentukan waktu yang tepat untuk berbicara mengenai sekolah. Misalnya sebelum makan malam, saat makan malam, saat mandi, atau waktu lain yang tepat menurut Anda. Sebaiknya mulai pembicaraan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti, "Tadi Ibu guru bilang apa di kelas?" atau "Hari ini kamu main sama siapa saja saat istirahat? Main ayunan lagi atau yang lain?"

2. Tanya dengan rinci
Jangan berhenti di pertanyaan, "Bagaimana tadi di sekolah?" dan jangan langsung puas bila anak menjawab, "Baik-baik saja", atau "Biasa-biasa saja". Sebaiknya, ajukan pertanyaan yang tidak dapat dijawab dengan 1-2 kata saja. Pancing anak dengan pertanyaan-pertanyaan yang membuatnya bercerita. Tanyakan padanya, pelajaran apa yang paling disukainya dan pelajaran apa yang paling sulit. Tanyakan juga, guru mata pelajaran apa yang paling disukainya dan mengapa? Atau tanyakan kepadanya kejadian-kejadian apa yang telah terjadi di sekolah hari ini, baik yang menyenangkan maupun yang membuat dia sedih.

3. Ringan tangan
Luangkan waktu sedapat mungkin untuk bisa ikut berpartisipasi dengan kegiatan yang dilakukan kelas anak Anda. Dengan cara ini, Anda akan dengan mudah mengetahui apa yang dirasakan Si Kecil mengenai sekolah. Anda pun jadi punya kesempatan melihat bagaimana sikap guru terhadap murid-muridnya, terutama terhadap Si Kecil. Atau, bisa jadi, ternyata pelajaran di kelas tersebut terlalu mudah sehingga dia perlu dipindahkan ke kelas yang lebih tinggi.

4. Hubungan baik dengan guru
Lima hari dalam seminggu guru menghabiskan waktunya dengan anak Anda. Bila anak tiba-tiba sedih atau mempunyai masalah dengan teman-temannya, biasanya guru mengetahui hal ini.

Ciri-ciri Anak Berbakat

Dalam bukunya, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, Prof. Utami Munandar menuliskan indikator keberbakatan sebagai berikut:

* Ciri-ciri Intelektual/Belajar:
Mudah menangkap pelajaran, ingatan baik, perbendaharaan kata luas, penalaran tajam (berpikir logis-kritis, memahami hubungan sebab-akibat), daya konsentrasi baik (perhatian tak mudah teralihkan), menguasai banyak bahan tentang berbagai topik, senang dan sering membaca, ungkapan diri lancar dan jelas, pengamat yang cermat, senang mempelajari kamus maupun peta dan ensiklopedi.

Cepat memecahkan soal, cepat menemukan kekeliruan atau kesalahan, cepat menemukan asas dalam suatu uraian, mampu membaca pada usia lebih muda, daya abstraksi tinggi, selalu sibuk menangani berbagai hal.

* Ciri-ciri Kreativitas:
Dorongan ingin tahunya besar, sering mengajukan pertanyaan yang baik, memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah, bebas dalam menyatakan pendapat, mempunyai rasa keindahan, menonjol dalam salah satu bidang seni, mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya serta tak mudah terpengaruh orang lain, rasa humor tinggi, daya imajinasi kuat, keaslian (orisinalitas) tinggi (tampak dalam ungkapan gagasan, karangan, dan sebagainya.

Dalam pemecahan masalah menggunakan cara-cara orisinal yang jarang diperlihatkan anak-anak lain), dapat bekerja sendiri, senang mencoba hal-hal baru, kemampuan mengembangkan atau memerinci suatu gagasan (kemampuan elaborasi).

* Ciri-ciri Motivasi:
Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu lama, tak berhenti sebelum selesai), ulet menghadapi kesulitan (tak lekas putus asa), tak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi, ingin mendalami bahan/bidang pengetahuan yang diberikan, selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin (tak cepat puas dengan prestasinya), menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah "orang dewasa" (misalnya terhadap pembangunan, korupsi, keadilan, dan sebagainya).

Senang dan rajin belajar serta penuh semangat dan cepat bosan dengan tugas-tugas rutin, dapat mempertahankan pendapat-pendapatnya (jika sudah yakin akan sesuatu, tak mudah melepaskan hal yang diyakini itu), mengejar tujuan-tujuan jangka panjang (dapat menunda pemuasan kebutuhan sesaat yang ingin dicapai kemudian), senang mencari dan memecahkan soal-soal.

Program TV dapat Merusak Dunia Anak

Semua program TV dan siaran iklan yang menyertainya, menyampaikan pesan yang berbeda-beda dan mengajarkan hal yang lain pula. Satu hal yang dicemaskan banyak orangtua ialah anak belajar kekerasan dari TV. Ini bisa dipahami. Sebab, tak sedikit adegan kekerasan muncul di layar TV, mulai dari pertengkaran mulut sampai perkelahian dan pembunuhan. Bukan cuma dalam program-program tayangan dewasa, tapi juga anak-anak.

Anda tak dapat menghindari ini, tapi bisa mencegah pengaruh buruknya. Jelaskan padanya, orang-orang yang ia lihat di TV adalah aktor dan mereka melakukan itu tidak dengan sungguh-sungguh. Atau, hapuskan semua program yang lebih banyak mengeksploitir adegan kekerasan dari daftar program TV yang sudah Anda pilih untuk anak. Jangan pula izinkan si kecil menonton program untuk dewasa.

Pelajaran lain dari TV yang perlu diwaspadai ialah stereotipe sosial tentang wanita, pria, minoritas, orang lanjut usia, dan banyak kelompok lain, termasuk anak-anak. Stereotipe ini kadang dilebih-lebihkan. Misalnya, pria selalu digambarkan jadi pemimpin dalam mengatasi keadaan sementara yang wanita tetap pasif atau tak berdaya. Anak-anak belajar dari penggambaran ini terutama bila mereka hanya mempunyai sedikit kontak dengan kelompok yang digambarkan.

Sebagaimana adegan kekerasan, Anda pun tak dapat menghindari adegan-adegan yang menggambarkan stereotipe sosial ini. Nah, berilah gambaran yang tepat pada anak tentang hal yang sebenarnya berlaku di masyarakat. Bukan cuma lewat kata-kata tapi juga harus diperkuat oleh perilaku Anda sehari-hari. Bagaimana Anda sehari-hari bersikap terhadap anak Anda, misalnya, merupakan contoh bagaimana seharusnya orang dewasa memperlakukan seorang anak. Atau, bagaimana ayah memperlakukan ibu dan bagaimana ibu memperlakukan ayah, akan memberikan gambaran pada anak tentang bagaimana seharusnya seorang pria memperlakukan wanita dan sebaliknya.

Ingatlah, TV akan memberikan pengaruh yang nyata pada anak, antara lain tergantung dari seberapa banyak anak dapat mengingat hal-hal yang ia tonton dan seberapa baik pemahamannya terhadap apa yang ia tonton. Jika ia menafsirkan kekerasan atau stereotipe sosial di TV sebagai pola perilaku yang direstui masyarakat dan model yang benar untuk ditiru, maka pengaruhnya akan sangat berbeda ketimbang bila ia menafsirkannya sebagai pola perilaku yang tak direstui dalam masyarakat.

Biasakan Anak Minta Maaf

Berikut 4 langkah sederhana cara membiasakan batita minta maaf:

1. Contoh langsung
Contohkan bagaimana seharusnya kata maaf diucapkan. Misal, orangtua tak sengaja menumpahkan susu anak, katakan, "Maaf ya, Sayang, Mama tidak sengaja menumpahkan susumu." Begitu juga dengan kesalahan lain yang dilakukan. Dengan demikian diharapkan anak terbiasa melihat orang-orang terdekatnya mengucapkan maaf manakala melakukan kesalahan.

2. Tunjukkan penyesalan dengan bahasa tubuh
Lakukan kontak mata saat mengucapkan kata maaf, sehingga anak bisa merasakan penyesalan yang mengiringi permintaan maaf itu. Menggenggam tangan, memeluk erat, atau mencium juga akan dicontoh anak saat orangtua minta maaf dengan bahasa tubuh seperti itu. Namun sebagai catatan, tegaskan padanya bahwa pelukan dan ciuman penyesalan hanya boleh diberikan pada papa/mama/kakak/adik, sedangkan untuk teman/saudara/orang lain cukup dengan bersalaman. Bahasa tubuh juga efektif untuk batita yang komunikasi verbalnya belum lancar sehingga belum bisa mengucapkan kata maaf.

3. Dorong supaya bertanggung jawab
Selain mengucapkan maaf, minta anak untuk "bertanggung jawab" atas kesalahan yang dilakukannya. Umpama, ia menyenggol temannya sampai jatuh. Nah setelah minta maaf, jika temannya terluka, minta si kecil menyodorkan tisu/plester. Ini sebagai bagian dari pembelajaran tentang tanggung jawab atas kesalahan yang dilakukan.

4. Berikan apresiasi
Setelah anak mengucapkan kata maaf, berikan apresiasi dalam bentuk pujian, seperti, "Wah, pintar, kamu sudah bisa minta maaf." Hal tersebut sekaligus sebagai penguatan bahwa yang dilakukannya sudah benar dan perlu diulanginya lagi di lain kesempatan.

PESAN PENTING
Selain cara, orangtua juga harus mengajarkan kapan kata maaf itu diucapkan, yakni saat menyusahkan orang lain, mencelakai orang lain, melanggar janji, melakukan hal-hal yang sudah dilarang, melakukan hal-hal yang tidak disukai orang lain, dan sebagainya. Dengan begitu, yang ditekankan adalah pesan untuk tidak mengulangi kesalahan, bukan semata-mata minta maaf tanpa mengerti alasannya.

Apa jadinya kalau anak yang bersalah tidak dibiasakan meminta maaf?

* Anak tidak disukai dalam pergaulannya karena tidak biasa minta maaf setelah melakukan kesalahan. Ini akan berakibat pada perkembangan sosialnya. Apalagi kalau sikap masa bodoh ini terbawa sampai usia dewasa.
* Perkembangan emosinya tidak optimal karena dengan tidak mengakui kesalahan, ia tidak bisa menilai dirinya secara pas.

Jadi, say sorry... please!

Melatih Anak Dengan Puzzle


Ingin membuat balita Anda cerdas tanpa harus memaksanya belajar? Hm, puzzle jawabannya!

Puzzle merupakan mainan yang sudah tersedia dalam aneka ragam serta bentuk yang variatif, dari yang mudah sampai yang amat sulit tingkat kesulitannya.

Puzzle membantu anak memecahkan masalah. Dengan mencoba beberapa cara memasangkan kepingan, maka si kecil dilatih kreatif. Permainan puzzle juga dapat mengasah ketekunan anak memecahkan masalah.

Jari si kecil harus memasangkan kepingan puzzle, sehingga dapat mengasah ketrampilan motorik halus si kecil. Semakin terampil jari-jari si kecil memasangkan kepingan sesuai bentuk, maka kian baik ketrampilan motoriknya.

Pada usia pra sekolah perhatian si kecil terhadap ciri fisik objek (bentuk, warna, tekstur) semakin detail. Jadi akan semakin piawai menyusun kepingan puzzle sebuah gambar besar utuh yang hasil akhirnya menggambarkan ciri detail.

Melalui puzzle, Anda juga bisa memperkenalkan huruf abjad ataupun angka. Hal yang perlu Anda perhatikan, pastikan mainan si kecil selalu bersih, karena biasanya anak-anak selalu suka menggigit-gigit mainannya.

Rahasia Merangsang Otak Si Kecil

Menurut para ahli, lingkungan tempat di mana bayi dibesarkan sangat mempengaruhi perkembangan otaknya. Pada tahun pertama dalam kehidupan bayi Anda, sistem otak mulai terbentuk dengan cepat. Aktivitas otak sudah mulai membentuk hubungan elektrik sangat kecil yang disebut sinapses. Sejumlah rangsangan yang diterima bayi secara langsung mempengaruhi pembentukan sinapses ini.

Rangsangan yang senantiasa berulang akan menguatkan hubungan-hubungan tersebut dan membuatnya menjadi permanen, sementara rangsangan lain yang tidak banyak berulang lama-lama akan hilang. Dengan demikian tahun pertama itu merupakan saat yang paling penting bagi perkembangan otak bayi.

Periode ini (perkembangan otak dan pembentukan jaringan kerja otak) merupakan periode intensif yang hanya terjadi sekali dalam seluruh kehidupan seseorang. Sebagai orangtua, tentu Anda tak ingin melewatkan kesempatan emas yang sangat singkat ini, bukan?

Berikut ini beberapa hal menakjubkan yang pernah ditemukan:

- Bayi memiliki suatu kebutuhan biologis dan keinginan untuk belajar
- Jaringan kerja sinapses yang terbentuk dalam otak bayi nyaris komplet setelah tiga tahun pertama.
- Semakin banyak rangsangan yang dialami bayi, sirkuit dalam otak akan semakin meningkat dan dapat mengembangkan kemampuan belajar bayi Anda di masa depan.
- Otak bayi memiliki pilihan yang jelas untuk gambaran-gambaran yang sangat berbeda satu sama lain.
- Kemampuan otak bayi dapat menurun atau meningkat sekitar 25 persen, tergantung lingkungan dan rangsangan yang diterimanya.
- Rangsangan visual memiliki banyak keuntungan seperti; meningkatkan keingintahuan, konsentrasi dan kemampuan atentivitas.
- Permainan bayi yang paling baik adalah Anda sendiri. Buat kontak sebanyak mungkin dengan bayi Anda!

Rahasia merangsang otak si kecil
1. Cinta. Cinta dan perhatian merupakan kebutuhan riil pertama. Bayi Anda tidak pernah mengatur atau memanipulasi Anda. Dia sangat butuh cinta mesra Anda. Cinta Anda yang tidak terbatas memperkuat penghargaan diri dan meningkatkan perkembangan sirkuit otak bayi Anda.
2. Bicaralah pada bayi Anda sesering, selembut mungkin dengan kasanah kata sebanyak mungkin, serta berbagai ekspresi. Suara Anda adalah suara favorit bayi Anda, sebab dia sudah mulai mendengarnya sejak ada di kandungan.
3. Jawab permintaan bayi Anda (misalnya mencoba memahami tangisan bayi Anda) tanpa ragu-ragu. Hal ini akan mengajarkan pada bayi Anda untuk berani berkomunikasi dengan orang lain, dan memberi stabilitas emosi dan kepercayaan yang tinggi untuk dia.
4. Sentuh bayi Anda. Para ahli menemukan bahwa bayi prematur yang dibelai akan tumbuh lebih cepat, sedikit menangis, dan akan segera diperbolehkan pulang dari rumahsakit daripada yang tidak dibelai.
5. Ekspresi yang positif. Bayi Anda akan hafal dan paham betul suara, ekspresi wajah, dan gerak Anda. Maka buatlah dia kenal ekspresi dan suara yang positif.
6. Biarkan bayi Anda mengalami lingkungan yang berbeda; ajak jalan-jalan, tunjukkan hal-hal yang menarik di sekitar lingkungan Anda.
7. Biarkan Bayi Anda mengenali berbagai tekstur dan temperatur (tentu jangan terlalu dingin, panas, atau keras). Sediakan lingkungan yang aman bagi eksplorasi bayi, karena pengenalan yang dilakukannya memang butuh waktu.
8. Bacakan buku-buku. Walaupun bayi Anda belum bisa mengikuti atau membaca, namun gambar-gambar dan suara Anda baik buat dia.
9. Mainkan musik atau biarkan bayi Anda mendengarkan musik seperti musik klasik (Mozart misalnya). Penelitian membuktikan bahwa musik klasik dapat merangsang perkembangan neuron-neuron otak bayi.
10. Ketika Anda frustrasi karena bayi Anda menjatuhkan susu ke lantai, ingatlah bahwa dia melakukan itu karena sedang mencoba mengenali dunia.

Melatih Anak Gemar Membaca

"Buku adalah jendela dunia", begitu istilah yang seringkali kita dengar. Dengan membaca buku, kita dapat menyerap banyak informasi, dapat berkelana ke berbagai negara, bahkan ke dunia dongeng sekalipun. Pendeknya, dengan membaca, wawasan pengetahuan kita akan semakin luas. Namun, sayangnya tidak semua anak gemar membaca. Nah, bagaimana caranya membuat anak kita gemar membaca?

Kenalkan buku sejak dini
Buku cerita yang cocok untuk balita adalah yang memiliki banyak gambar dengan tulisan yang sedikit. Gambar yang berwarna akan lebih menarik daripada gambar yang hitam putih. Biarkan anak memilih sendiri buku yang ingin dibacanya, sehingga ia lebih antusias dalam membaca.

Bacakan buku cerita dengan menarik
Dalam membaca cerita, usahakan sehidup mungkin sehingga anak dapat merasa seolah-olah berada di dalam cerita tersebut. Atur nada suara dan bumbui dengan gerakan-gerakan tubuh yang berekspresi untuk membangun suasana yang hidup. Bahkan bayi pun dapat menikmati buku yang dibacakan, yaitu dari irama suara dan kehangatan tubuh pembaca yang memangkunya.

Model orang tua
Orang tua harus menjadi contoh yang baik. Bila orang tua gemar membaca, menyediakan bacaan yang memadai dan mengatur suasana rumah yang mendukung untuk membaca, maka niscaya anak akan ikut gemar membaca.

Memilih Mainan Anak

Setelah berkali-kali mengamati berbagai jenis mainan anak, baik dari segi bentuk, ukuran dan material (bahan dasar mainan) dan pengalaman teman yang sempat ke UGD karena mainan huruf-huruf-pan terbuat dari gabus (steorofoam), dan satu potongan yang kecil masuk ke hidungnya. Untuk memilih mainan anak yang aman, menurut saya adalah sebagai berikut :

1. Melihat ukuran mainan tersebut, jika kecil-kecil kira-kira diamater kurang dari 5 cm jangan diberikan kepada anak yang berumur dibawah 3 tahun. karena bisa masuk mulut dan tertelan.

2. Material yang terbuat dari karet, dan tentu memiliki diameter lebih 5 cm dapat diberikan kepada anak dibawah umur 1 tahunan, apalagi pas mau tumbuh gigi. Material yang terbuat selain dari karet cukup berbahaya diberikan kepada anak dibawah 1 atau 1,5 tahun yang masih sering memasukan mainan tersebut ke dalam mulutnya.

3. Usahakan membeli mainan yang tidak terbuat dari material logam, apalagi yang bersisi tajam atau bersudut tajam. sebaiknya membeli mainan yang terbuat dari karet, plastik lunak atau kayu yang sudah dihaluskan.

sementara itu dulu dari saya, silahkan memberi tambahan…

Pengaruh Permainan pada Perkembangan Anak

Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Ada orang tua yang berpendapat bahwa anak yang terlalu banyak bermain akan membuat anak menjadi malas bekerja dan bodoh. Anggapan ini kurang bijaksana, karena beberapa ahli psikologi mengatakan bahwa permainan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak.

Faktor-faktor yang mempengaruhi permainan anak:

1. Kesehatan
Anak-anak yang sehat mempunyai banyak energi untuk bermain dibandingkan dengan anak-anak yang kurang sehat, sehingga anak-anak yang sehat menghabiskan banyak waktu untuk bermain yang membutuhkan banyak energi.

2. Intelegensi
Anak-anak yang cerdas lebih aktif dibandingkan dengan anak-anak yang kurang cerdas. Anak-anak yang cerdas lebih menyenangi permainan-permainan yang bersifat intelektual atau permainan yang banyak merangsang daya berpikir mereka, misalnya permainan drama, menonton film, atau membaca bacaan-bacaan yang bersifat intelektual.

3. Jenis kelamin
Anak perempuan lebih sedikit melakukan permainan yang menghabiskan banyak energi, misalnya memanjat, berlari-lari, atau kegiatan fisik yang lain. Perbedaan ini bukan berarti bahwa anak perempuan kurang sehat dibanding anak laki-laki, melainkan pandangan masyarakat bahwa anak perempuan sebaiknya menjadi anak yang lembut dan bertingkah laku yang halus.

4. Lingkungan
Anak yang dibesarkan di lingkungan yang kurang menyediakan peralatan, waktu, dan ruang bermain bagi anak, akan menimbulkan aktivitas bermain anak berkurang.

5. Status sosial ekonomi
Anak yang dibesarkan di lingkungan keluarga yang status sosial ekonominya tinggi, lebih banyak tersedia alat-alat permainan yang lengkap dibandingkan dengan anak-anak yang dibesarkan di keluarga yang status ekonominya rendah.

Pengaruh bermain bagi perkembangan anak
Bermain mempengaruhi perkembangan fisik anak
Bermain dapat digunakan sebagai terapi
Bermain dapat mempengaruhi pengetahuan anak
Bermain mempengaruhi perkembangan kreativitas anak
Bermain dapat mengembangkan tingkah laku sosial anak
Bermain dapat mempengaruhi nilai moral anak

Macam-macam permainan dan manfaatnya bagi perkembangan jiwa anak

A. Permainan Aktif

1. Bermain bebas dan spontan atau eksplorasi
Dalam permainan ini anak dapat melakukan segala hal yang diinginkannya, tidak ada aturan-aturan dalam permainan tersebut. Anak akan terus bermain dengan permainan tersebut selama permainan tersebut menimbulkan kesenangan dan anak akan berhenti apabila permainan tersebut sudah tidak menyenangkannya. Dalam permainan ini anak melakukan eksperimen atau menyelidiki, mencoba, dan mengenal hal-hal baru.

2. Drama
Dalam permainan ini, anak memerankan suatu peranan, menirukan karakter yang dikagumi dalam kehidupan yang nyata, atau dalam mass media.

3. Bermain musik
Bermain musik dapat mendorong anak untuk mengembangkan tingkah laku sosialnya, yaitu dengan bekerja sama dengan teman-teman sebayanya dalam memproduksi musik, menyanyi, berdansa, atau memainkan alat musik.

4. Mengumpulkan atau mengoleksi sesuatu
Kegiatan ini sering menimbulkan rasa bangga, karena anak mempunyai koleksi lebih banyak daripada teman-temannya. Di samping itu, mengumpulkan benda-benda dapat mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosial anak. Anak terdorong untuk bersikap jujur, bekerja sama, dan bersaing.

5. Permainan olah raga
Dalam permainan olah raga, anak banyak menggunakan energi fisiknya, sehingga sangat membantu perkembangan fisiknya. Di samping itu, kegiatan ini mendorong sosialisasi anak dengan belajar bergaul, bekerja sama, memainkan peran pemimpin, serta menilai diri dan kemampuannya secara realistik dan sportif.

B. Permainan Pasif

1. Membaca
Membaca merupakan kegiatan yang sehat. Membaca akan memperluas wawasan dan pengetahuan anak, sehingga anakpun akan berkembang kreativitas dan kecerdasannya.

2. Mendengarkan radio
Mendengarkan radio dapat mempengaruhi anak baik secara positif maupun negatif. Pengaruh positifnya adalah anak akan bertambah pengetahuannya, sedangkan pengaruh negatifnya yaitu apabila anak meniru hal-hal yang disiarkan di radio seperti kekerasan, kriminalitas, atau hal-hal negatif lainnya.

3. Menonton televisi
Pengaruh televisi sama seperti mendengarkan radio, baik pengaruh positif maupun negatifnya.

Membuat Anak Suka Belajar

Beberapa tips di bawah ini SANGAT MENENTUKAN dan EFEKTIF diterapkan supaya anak SUKA BELAJAR:

1. SUASANA YANG MENYENANGKAN adalah SYARAT MUTLAK yang diperlukan supaya anak suka belajar. Menurut hasil penelitian tentang cara kerja otak, bagian pengendali memori di dalam otak akan sangat mudah menerima dan merekam informasi yang masuk jika berada dalam suasana yang menyenangkan.

2. Membuat ANAK SENANG BELAJAR adalah JAUH LEBIH PENTING daripada menuntut anak mau belajar supaya menjadi juara atau mencapai prestasi tertentu. Anak yang punya prestasi tapi diperoleh dengan terpaksa tidak akan bertahan lama. Anak yang bisa merasakan bahwa belajar adalah sesuatu yang menyenangkan akan mempunyai rasa ingin tahu yang besar, dan sangat mempengaruhi kesuksesan belajarnya di masa yang akan datang.

3. Kenali tipe dominan CARA BELAJAR ANAK, apakah tipe AUDITORY (anak mudah menerima pelajaran dengan cara mendengarkan), VISUAL (melihat) ataukah KINESTHETIC (fisik). Meminta anak secara terus menerus belajar dengan cara yang tidak sesuai dengan tipe cara belajar anak nantinya akan membuat anak tidak mampu secara maksimal menyerap isi pelajaran, sehingga anak tidak berkembang dengan maksimal.

4. Belajar dengan JEDA WAKTU ISTIRAHAT setiap 20 menit akan JAUH LEBIH EFEKTIF daripada belajar langsung 1 jam tanpa istirahat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak mampu melakukan konsentrasi penuh paling lama 20 menit. Lebih dari itu anak akan mulai menurun daya konsentrasinya. Jeda waktu istirahat 1-2 menit akan mengembalikan daya konsentrasi anak kembali seperti semula.

5. Anak pada dasarnya mempunyai naluri ingin mempelajari segala hal yang ada di sekitarnya. Anak akan menjadi SANGAT ANTUSIAS dan SEMANGAT untuk belajar jika isi/materi yang dipelajari anak SESUAI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK. Anak akan menjadi mudah bosan jika yang dipelajari terlalu mudah baginya, dan sebaliknya anak akan menjadi stress dan patah semangat jika yang dipelajari terlalu sulit.

Peran PRT dalam Pendidikan Anak

Peran pramuwisma atau pembantu rumah tangga dalam pendidikan anakPramuwisma atau pembantu rumah tangga, apa makna kehadiran mereka dalam rumah kita? Barangkali pada suasana menjelang lebaran ini ketidakhadiran mereka -banyak yang mudik- akan sangat kita rasakan dampaknya. Betapa tidak, kerepotan-kerepotan mengurus rumah harus kita tanggung sendiri -biasanya dikerjakan oleh pramuwisma-.

Namun sebenarnya makna kehadiran mereka tidak hanya sesederhana yang kita bayangkan, bahkan seharusnya lebih kompleks lagi bahwa mereka pun seharusnya turut berperan dalam pendidikan anak-anak kita.Dalam suatu dinamika sosial ekonomi masyarakat modern, kita menyaksikan transformasi kultural yang luas dan signifikan. Lembaga keluarga yang merupakan salah satu unit sosial mengalami pula perubahan besar tersebut, khususnya adanya pergeseran peran individu-individu di dalamnya, termasuk peran pramuwisma dalam pendidikan anak mengalami perubahan yang strategis.

Sistem ekonomi kapitalis telah melahirkan kompetisi sengit dalam merebut sumber-sumber ekonomi yang memaksa setiap individu untuk menjadi faktor produksi -dalam arti primitif : making money-. Salah satu dampak sosial yang muncul adalah gejala wanita bekerja -menjadi wanita karir-. Maka ketika mereka menikah dan membentuk keluarga modern, secara ekonomi dikategorikan sebagai “double income family“.

Meski ini diartikan sebuah indikasi meningkatnya kesejahteraan, tetapi tentu saja mempunyai efek terhadap pendidikan anak. Sebab porsi pendidikan anak yang selama ini diperankan lebih banyak oleh ibu, kini mulai berkurang seiring dengan bertambahnya jam terbang di luar rumah. Kita akan memahami perubahan pola pendidikan anak itu lebih banyak jika konteks keluarga tersebut kita hubungkan dengan kenyataan alokasi waktu anak itu sendiri. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa pada usia 0 sampai 18 tahun, 80% waktu anak dihabiskan di rumah, antara dua dunia -dunia buku dan dunia TV-.

Dari celah sosial itulah kemudian para pramuwisma kini memainkan peran yang sangat strategis dalam pendidikan anak. karena jika 80% waktu anak dihabiskan di rumah dalam rentang 0 sampai 18 tahun, itu berarti dua dasawarsa pertama dari usianya, yang merupakan rentang usia paling menentukan dalam hidup seseorang, dan sebagian besar dibentuk oleh pramuwisma. Kenyataan itu akhirnya memang memaksa kita untuk merubah persepsi kita tentang pramuwisma. Selama ini kita masih melihat profesi pramuwisma dengan sebelah mata dan memandangnya sebagai status sosial yang rendah. Kita masih menganggap bahwa pramuwisma tidak lebih dari petugas cleaning service, cooker dan babysitter.

Padahal porsi peran mereka dalam pendidikan anak kini telah bergeser begitu jauh. Karena itu pramuwisma tidak lagi boleh dianggak remeh karena status sosialnya. Tetapi sudah saatnya kita mencoba melihat mereka sebagai mitra pendidikan anak kita. Langsung atau tidak langsung mereka adalah guru anak-anak kita, bahkan boleh jadi merupakan ibu kedua.

Jika penghargaan yang kita beikan kepada peran pramuwisma dalam masyarakat kodern lahir karena aksioma perubahan sosial, maka dalam Islam kita menjumpai dorongan ynag jauh lebih mulia. Islam menganggap semua bentuk pekerjaan yang dilakukan manusia sebagai upaya mencari penghidupan yang layak selama itu halal, maka itu merupakan pekerjaan yang mulia. Tidak ada perbedaan antara satu pekerjaan dengan pekerjaan lainnya, dalam pandangan Islam, kecuali pada aspek halal dan haramnya. Dan di atas semua itu, Islam memang memandang semua manusia sama derajatnya dan hanya diperbedakan di mata Allah karena faktor ketakwaan.

Lihatlah berapa kemampuan mereka, membantu dalam menyelesaikan pekerjaan, memberi pakaian yang sama dengan pakaian kita, bahkan makanan yang sama dengan makanan kita. Jika perubahan persepsi terhadap peran status profesi pramuwisma itu merupakan bagian dari ajaran Islam dan diperkuat oleh kebutuhan sosial, maka sudah saatnya oula kita memberikan perlakuan yang berbeda terhadap mereka. Mereka adalah mitra pendidikan anak-anak kita. Dan dalam posisi serta peran itu, mereka membutuhkan semua perangkat pendidikan anak yang baik, berupa pengetahuan, kemampuan dan keterampilan. Saya kira sudah saatnya kita merencanakan pengembangan potensi mereka dalam berbagai aspek dan menyediakan peluang serta dukungan finansial untuk itu. Sebab ini menyangkut masa depan anak-anak kita sendiri.

Mereka perlu bimbingan dan pelatihan dalam berbagai aspek pendidikan, komunikasi dan kesehatan. Orang tua perlu meluangkan waktu untuk berdiskusi dengan mereka, meningkatkan kemampuan mendidik mereka dan mengevaluasi -secara ilmiah- pola asuh mereka terhadap anak. Dalam pada itu sesungguhnya kita telah memperoleh empat keuntungan besar.

Pertama, mengajarkan makna-makna kemanusiaan yang luhur seperti persamaan, demokrasi dan budaya mendengar kepada anak-anak kita secara langsung melalui perilaku kita.

Kedua, kita berpartisipasi secara langsung dalam mengembangkan sumber daya muslim karena pola hubungan kita dengan mereka telah memiliki dimensi pendidikan di samping dimensi profesional.

Ketiga, menjadikan semua elemen lingkungan sebagai anggota rumah tangga. Dan keempat, memberikan rasa aman -meski relatif- kepada keberhasilan pendidikan orang tua saat mereka meninggalkan rumah untuk bekerja. Saya yakin anda semua akan menyatakan ini gagasan baik.

Namun gagasan ini harus bertarung dengan dua hambatan besar dari sisi orang tua.

Pertama, kesiapan ornag tua untuk menjadi lebih domokratis yang belum tentu dapat dilakukan oleh semua orang tua.

Kedua, kesiapan orang tua untuk menyediakan “development cost” bagi pengembangan potensi mereka.

Selain itu, gagasan ini juga harus bertarung dengan dua hambatan besar dari sisi pramuwiswa.

Pertama, jika ternyata potensi mereka tidak memadai untuk dikembangkan (baca : jika mereka tidak berpotensi). Sebab harus diakui, profesi ini memang layak digeluti oleh mereka yang berpotensi rendah.

Kedua, peluang ini bisa disalahgunakan oelh mereka sehingga mereka mungkin bisa ngelunjak atau bahkan hengkang dari majikannya setelah mereka mampu dan berpengalaman. Namum pada akhirnya yang dibutuhkan adalah kesadaran kemanusiaan dari kedua belah pihak serta keberanian moral dan kesetiaan pada profesi itu.

Ajari Anak Menghargai Perbedaan

Lewat kata dan perbuatan, Anda dapat mengajarjkan pada anak-anak tentang empati dan pentingnya menghargai orang lain, terlepas dari semua perbedaan yang ada.

Jika dulu ukuran kecerdasan anak kerap merujuk pada IQ (Intelligent Quotient), maka kini banyak ahli menekankan pentingnya membangun EQ (Emotional Quotient) dan SQ (Seocial Quotient), sebagai modal keberhasilan anak. Kemampuan berinteraksi dengan berbagai kalangan adalah salah satu ketrampilan sosial yang berperan penting dalam mendorong seorang anak untuk berempati, bekerja sama dan saling menghormati dengan orang lain. Semua kemampuan tadi tentu sangat diperlukan kelak saat ia dewasa dan masuk dalam dunia kerja dan lingkungan sosial.

Membangun kemampuan berinteraksi dan saling menghormati dengan orang dari berbagai kalangan tidak dapat dilakukan secara instan maupun dipelajari lewat nasihat semata. Anak-anak memerlukan contoh yang nyata. Sebagai orang tua, Anda biasanya menjadi role model utama bagi si Kecil. Anak-anak telah menyadari adanya perbedaan sejak usia sangat muda, meski orang dewasa di sekitarnya tidak pernah membicarakannya. Meski menyadari adanya perbedaan, namun mereka belum memahami apa arti perbedaan tersebut. Dari orang-orang dewasa di sekitarnya ia belajar tentang arti dan sikap dalam menghadapi perbedaan.

Diane Maluso, Associate Professor of Psychology di Elmira College, juga menekankan pentingnya peran orang tua tersebut. “Anak-anak bekajar tentang sikap orang tua terhadap orang lain dari cara orang tuanya berinteraksi dan dengan ungkapan-ungapan yang dilontarkan mengenai orang lain”, paparnya. Lewat sikap serta bahasa yang digunakan orang tuanya terhadap orang lain, anak-anak belajar tentang konsep diri dan relasinya dengan orang lain.

Jika Anda memiliki hubungan baik serta menunjukkan rasa hormat pada orang yang berbeda baik secara fisik, gender, sosial maupun ekonomi maka anak akan belajar bahwa semua perbedaan tersebut bukanlah sesuatu yang harus dipermasalahkan. Namun kalau anda justru kerap meremehkan atau berbicara dengan tidak sopan pada orang-orang tertentu, jangan heran jika si Kecil pun akan melakukan hal yang sama. Contoh paling sederhana, ingat-ingatlah cara memperlakukan pembantu rumah tangga dan supir di rumah. Kalau Anda kerap berbicara dengan nada memerintah dan meremehkan, siap-siap saja mendengar hal yang sama keluar dari mulut si Kecil.

Pada usia Sekolah Dasar, pemahaman anak akan status sosial dirinya serta teman-temannya juga makin meningkat dan mendorong terbentuknya sikap-sikap tertentu yang berkaitan dengan status sosialnya. Namun begitu, pada usia ini sikap egosentris anak-anak juga telah berkurang dibanding usia balita hingga mereka mulai mampu memfokuskan diri pada kualitas internal seperti kebaikan dan keburukan seseorang, dibandingkan perbedaan eksternal seperti perbedaan ras maupun kelas sosial. Pada tahap ini, lagi-lagi orang tua sangat berperan dalam mendorong anak-anaknya untuk mengeksplorasi perbedaan yang ada, memberikan penjelasan terhadap pertanyaan-pertanyaan mereka, dan melibatkan mereka dalam kegiatan-kegiatan yang membuka ruang berinteraksi dengan berbagai kalangan.

Berikut beberapa tips untuk mendorong anak-anak agar menghargai dan tidak membeda-bedakan orang dari berbagai kalangan:

* Buka kesempatan untuk mempelajari berbagai perbedaan, seperti berinteraksi dengan berbagai kalangan, sebisa mungkin dimulai dari lingkungan terdekat seperti teman-teman bermainnya, kerabat hingga kegiatan-kegiatan rekreasi.
* Pilih mainan, buku dan film yang merefleksikan berbagai jenis individu yang berbeda sepertui usia, profesi, latar belakang sosial – ekonomi, suku bangsa dan lain-lain
* Berikan kesempatan pada anak-anak untuk bermain bersama teman-teman seusianya. Bermain adalah cara terbaik bagi anak-anak untuk belajar berinteraksi dan bekerjasama dengan orang lain.
* Kemampuan memahami apa yang dirasakan orang lain atau berempati adalah kemampuan yang penting dimiliki oelah anak. Untuk menumbuhkannya, bantu anak mengungkapkan perasaaan mereka dan dorong mereka untuk membayangkan perasaan orang lain. Dengan begitu, anak akan memahami bahwa seperti dirinya, orang lain juga senang bila diperlakukan dengan baik dan sedih bila diperlakukan tidak baik
* Saat anak-anak semakin besar dan mengajukan pertanyaan tentang berbagai perbedaan yang ada, dukunglah dengan memberikan informasi yang sesuai dengan usia mereka.

Menjadi Orangtua

Tidak ada sekolah untuk orangtua. DR. Frieda Mangunsong, MEd, Psi, yang sudah memiliki tiga anak dengan rentang usia remaja hingga dewasa pun merasa harus terus belajar menjadi orangtua. Ini karena menurutnya, tidak semua teori psikologi bisa diterapkan.

Menjadi orangtua juga merupakan salah satu pekerjaan dengan job description yang rumit dan tidak jelas disertai tanggung jawab yang sangat besar. Untuk menjadi orangtua efektif, Anda harus terjun langsung dan belajar dari pengalaman.

Tanggung jawab orangtua memang sangat besar. Di tangan orangtua, masa depan anak ditentukan. Baik dalam hal kepribadian, sosialisasi, penyesuaian dan pengendalian diri, kemampuan berpikir, dan hal-hal lain yang kelak akan menentukan keberhasilan dan kemandirian anak. Juga keberhasilan anak saat mereka menjadi orangtua.

Meski demikian, Frieda memberikan 10 kiat menjadi orangtua yang efektif. Kiat ini dapat digunakan para orangtua yang dua-duanya bekerja agar bisa memanfaatkan waktu yang terbatas dengan anak secara efektif dan efisien, maupun orangtua yang salah satunya tidak bekerja.

Mengenali anak
Orangtua harus memperlakukan anak sesuai karakternya, pemalu, periang, dan lain sebagainya. Jangan paksa anak untuk menjalani karakter lain. Kenali pula perasaan anak saat ia sedang mengalami masalah. Hal ini bisa dilakukan dengan berempati pada anak. Yang tak kalah penting, orangtua mesti mengenali perkembangan anak sesuai usia.

Hargai perilaku baik anak
Orangtua perlu menerapkan positive parenting, yaitu menghargai perilaku baik sebanyak-banyaknya dan menghukum sesedikit mungkin. Sebaiknya, orangtua memberikan pujian terhadap semua hal baik yang dilakukan anak. Hendaknya pujian diberikan langsung, tanpa ditunda. “Jangan menunggu hingga anak melakukan hal yang spesial,” kata ketua Pusat Krisis Fakultas Psikologi UI ini. Secara berkala, orangtua hendaknya memberikan sesuatu yang menyenangkan anak, misalnya memberi sesuatu yang disenangi anak bila ia melakukan tugasnya dengan baik atau menambah jangka waktu untuk mengembangkan perilaku baik.

Melibatkan anak
Anak termasuk dalam keluarga. Itu sebabnya, selalu libatkan anak dalam kegiatan dan keputusan keluarga. Contohnya, saat merencanakan liburan bersama. Anak juga perlu dilibatkan dalam tugas rumah sehari-hari yang tentu saja mesti disesuaikan dengan usianya.

Selalu mendekatkan diri dengan anak
“Gunakan setiap kesempatan untuk mendekatkan diri dengan anak,” ujar Frieda. Saat di perjalanan dan terjebak kemacetan, Anda bisa mengobrol lebih banyak dengan anak. Biasanya anak akan lebih terbuka dalam situasi seperti itu. Kemudian saat menonton televisi, orangtua sebaiknya mendampingi anak. Gunakan kesempatan itu untuk menanamkan nilai-nilai padanya. Penanaman nilai-nilai baik ataupun buruk, penting atau tidak penting, pada anak juga bisa dilakukan saat Anda sedang berjalan bersama anak.

Sediakan waktu khusus
Berikan waktu khusus hanya berdua dengan anak. Bila anak lebih dari satu, sediakan waktu khusus secara bergiliran. Lalu, sediakan pula waktu untuk kegiatan bersama.

Tegakkan disiplin
Melakukan positive parenting bukan berarti Anda mendiamkan sesuatu yang salah yang dilakukan anak. Anak perlu belajar atas perilaku yang bisa diterima, sehingga pendisiplinan perlu diterapkan. Disiplin harus ditegakkan segera setelah perilaku yang tidak baik dilakukan.

Cara pendisiplinan yang disarankan Frieda adalah dengan teknik time out dan grounded, yang bisa efektif bila diterapkan dengan tepat. Time out bisa diberikan dengan mendiamkan anak atau orangtua tidak memberi reaksi apa-apa kepada anak. Tindakan ini merupakan respon orangtua atas perilaku anak yang tidak diinginkan. Pada saat itu orangtua bisa keluar ruangan dan anak berada di dalam ruangan. Anak juga bisa dijauhkan dari aktivitasnya.

Sementara untuk grounded, anak diharuskan menyelesaikan satu tugas untuk bisa mendapat kesenangannya lagi. Contohnya, bila anak suka menonton film Sponge Bob dan ia tidak mau mandi, orangtua bisa melakukan grounded. Kalau tidak mandi, tidak boleh menonton Sponge Bob. Setelah mandi, anak boleh keluar kamar dan menonton film tersebut.

Pendisiplinan ini perlu dilakukan secara konsisten dan harus selalu didasarkan pada perilaku anak. Teknik pendisiplinan yang sama juga perlu diterapkan bila anak melakukan perilaku yang sama lagi. Namun, orangtua sebaiknya tidak langsung memberikan sanksi apabila anak baru melakukan perilaku tidak baik pertama kali dan belum pernah diberitahu sebelumnya bahwa perilakunya itu buruk.

“Dan pastikan teknik pendisiplinan yang sama dilakukan oleh pasangan dan orang-orang di rumah saat orangtua tidak di rumah,” kata Frieda.

Panutan bagi anak
Anak adalah peniru ulung. Segala gerak-gerik orangtua akan ditirunya. Anak belajar cara beraksi terhadap berbagai hal melalui pengamatannya pada perilaku orangtua. Agar anak dapat menerapkan perilaku yang baik, orangtua mesti mencontohkannya terlebih dulu dalam kehidupan sehari-hari.

Say “I love You”
Kasih sayang mestilah diungkapkan. Frieda menyarankan para orangtua untuk mengungkapkan kasih sayang dengan kata-kata seperti I love you, belaian, pelukan, ciuman, tulisan “ayah/ibu sayang kamu,” atau gambar bunga atau hati.

Komunikasi dengan tepat
Saat berbicara dengan anak, orangtua harus melakukan kontak mata dengan mereka. Bila ingin memberikan perintah, berikan sespesifik mungkin. Perintah dengan arti yang sangat umum akan membingungkan anak. Hindarkan pula membentak, mengomel, berteriak, atau berceramah panjang lebar kepada anak.

Selesaikan masalah saat Anda “dingin”
Bila ada masalah, hendaknya tidak diselesaikan saat Anda sedang marah. Bila hal ini dilakukan justru akan memperburuk keadaan. Biasanya, saat marah kontrol diri Anda cenderung lebih rendah, sehingga sangat mungkin Anda melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak diharapkan dapat ditiru anak. Bisa pula, pada saat itu keluar kata-kata yang akan menyakitkan dan membekas pada anak. Saat Anda marah, Anda juga perlu time out untuk menenangkan diri.

Tidak ada orangtua yang sempurna. Yang penting untuk menjadi orangtua efektif adalah apa yang Anda lakukan sejalan dengan waktu.

Kapan Anak Belajar Bahasa Inggris?

Ada anggapan, semakin muda usia semakin mudah anak belajar bahasa daripada orang dewasa. Ada pula yang berpendapat, belajar bahasa asing sejak dini bukan jaminan. Sementara yang lain bilang, keberhasilan belajar bahasa asing sangat ditentukan oleh motif atau kebutuhan berkomunikasi dalam lingkungannya. Mana yang benar? E. Kosasih, mahasiswa Pengajaran Bahasa pada Program Pascasarjana IKIP Bandung, dan wartawan Intisari A. Hery Suyono menuturkannya berikut ini.

Belakangan ini aneka kursus bahasa asing, terutama Inggris, kian semarak. Tidak hanya untuk orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Lembaga persekolahan pun tak mau ketinggalan zaman. Pengajaran bahasa Inggris yang semula hanya dikenal di tingkat SMTP, kini diberikan kepada siswa SD, bahkan murid Sekolah Taman Kanak-Kanak.

Fenomena seperti itu antara lain terpacu oleh obsesi orang tua yang menghendaki anaknya cepat bisa berbahasa asing. Mereka berpandangan, semakin dini anak belajar bahasa asing, semakin mudah ia menguasai bahasa itu.
Lalu, bagaimana pendapat para pakar bahasa?

Masa emas belajar bahasa

Beberapa pakar bahasa mendukung pandangan "semakin dini anak belajar bahasa asing, semakin mudah anak menguasai bahasa itu". Misalnya, McLaughlin dan Genesee menyatakan bahwa anak-anak lebih cepat memperoleh bahasa tanpa banyak kesukaran dibandingkan dengan orang dewasa.

Demikian pula Eric H. Lennenberg, ahli neurologi, berpendapat bahwa sebelum masa pubertas, daya pikir (otak) anak lebih lentur. Makanya, ia lebih mudah belajar bahasa. Sedangkan sesudahnya akan makin berkurang dan pencapaiannya pun tidak maksimal.

Dr. Bambang Kaswanti Purwo, ketua Program Studi Linguistik Terapan Bahasa Inggris, Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta, dalam tulisannya Pangajaran Bahasa Inggris di SD dan SMTP, menyebut bahwa usia 6 - 12 tahun, merupakan masa emas atau paling ideal untuk belajar bahasa selain bahasa ibu (bahasa pertama). Alasannya, otak anak masih plastis dan lentur, sehingga proses penyerapan bahasa lebih mulus.

Lagi pula daya penyerapan bahasa pada anak berfungsi secara otomatis. Cukup dengan pemajanan diri (self-exposure) pada bahasa tertentu, misalnya ia tinggal di suatu lingkungan yang berbahasa lain dari bahasa ibunya, dengan mudah anak akan dapat menguasai bahasa itu. Masa emas itu sudah tidak dimiliki oleh orang dewasa.

Namun, bukan berarti orang dewasa tidak mampu menguasai bahasa kedua (bahasa asing). Lenneberg mengemukakan, orang dewasa dengan inteligensia rata-rata pun mampu mempelajari bahasa kedua selewat usia 20 tahun. Bahkan ada yang mampu belajar berkomunikasi bahasa asing pada usia 40 tahun.

Kenyataan itu tidaklah bertentangan dengan hipotesis mengenai batasan usia untuk penguasaan bahasa karena penataan bahasa pada otak sudah terbentuk pada masa kanak-kanak. Hanya saja lewat masa pubertas terjadi "hambatan pembelajaran bahasa" (language learning blocks). "Jadi, maklum bila belajar bahasa selewat masa pubertas, justru lebih repot daripada ketika usia lima belas atau lima tahun," ujar Bambang.

Pada penguasaan bahasa pertama dikenal istilah "masa kritis" (critical period). Pada penguasaan bahasa kedua (bahasa asing) terdapat istilah "masa peka" (sensitive period). Berdasarkan penelitian Patkowski, masa peka penguasaan sintaksis bahasa asing adalah masa sampai usia 15 tahun. Anak yang dihadapkan pada bahasa asing sebelum usia 15 tahun mampu menguasai sintaksis bahasa asing seperti penutur asli. Sebaliknya, pada orang dewasa hampir tak mungkin aksen bahasa asing dapat dikuasai.

Lebih detail dipaparkan oleh peneliti lain. Penelitian Fathman terhadap 200 anak berusia 6 - 15 tahun yang belajar bahasa Inggris sebagai bahasa kedua di sekolah di AS, menunjukkan bahwa anak yang lebih muda (usia 6 - 10 tahun) lebih berhasil pada penguasaan fonologi (tata bunyi) bahasa Inggris. Sedangkan pada anak lebih tua (11 - 15 tahun) lebih berhasil pada penguasaan morfologi (satuan bentuk bahasa terkecil) dan sintaksisnya (susunan kata dan kalimat).

Masih tentang penguasaan aspek tertentu dari bahasa asing dalam kaitannya dengan faktor usia, Scovel menyebutkan, kemampuan untuk menguasai aksen bahasa asing berakhir sekitar usia 10 tahun. Sedangkan penguasaan kosa kata dan sintaksis, menurut catatannya, tidak mengenal batasan usia.

Pro-kontra periode kritis
Masa ideal anak belajar bahasa bertolak dari apa yang disebut periode kritis bagi penguasaan bahasa ibu. Periode kritis sebenarnya masih berupa hipotesis bahwa dalam perjalanan hidup manusia terdapat jadwal biologis yang menentukan masa-masa kegiatan seseorang (Brown, 1994).

Periode kritis sering dihubung-hubungkan dengan proses pembelahan antara otak kiri dengan otak kanan. Hasil penelitian neurologis menyebutkan, pada usia menjelang dewasa, fungsi-fungsi kemanusiaan terbagi atas dua bagian. Fungsi intelektual, logika, analisis, dan kemampuan berbahasa berada pada otak bagian kiri. Sedangkan fungsi yang berhubungan dengan emosi dan fungsi lain yang bersifat sosial dikendalikan oleh belahan otak kanan. Ketika memasuki proses pembelahan otak itulah, menurut para pakar anatomi bahasa, masa peka bahasa itu berlangsung.

Setelah proses "penyebelahan" (lateralization) otak selesai, menurut hipotesis Lenneberg, perkembangan bahasa cenderung menjadi "beku". Keterampilan dasar yang belum dapat dicapai pada masa itu (kecuali untuk artikulasi) biasanya akan tetap tidak sempurna.

Kapan tepatnya proses terjadinya masa pembelahan otak, masih terdapat ketidaksepakatan di antara para ahli. Pandangan-pandangan yang berseberangan antara lain dikemukakan oleh Sorenson dan Jane Hill.

Menurut penelitian Sorenson terhadap suku Tukaro di Amerika Selatan, menjelang usia dewasa masyarakat Tukaro paling tidak sudah menguasai dua atau tiga dari 24 bahasa yang biasanya mereka pergunakan. Yang lebih mengherankan lagi, jumlah penguasaan bahasa itu malahan semakin banyak dan lebih sempurna ketika mereka menjelang usia tua.

Bukti lain. Berdasarkan penelitian yang dilakukannya terhadap masyarakat Barat, Jane Hill berkesimpulan bahwa dalam perkembangan normal seseorang dapat mempelajari bahasa asing dengan sempurna, terlepas dari apakah ia berusia muda atau tua.

Proses pembelahan otak, menurut Eric Lenneberg, terjadi sejak anak berusia dua tahun dan berakhir menjelang pubertas. Sedangkan Norwan Geshwind berpendapat, pembelahan otak (periode kritis) usai jauh sebelum masa pubertas. Lebih ekstrem lagi pendapat Stephen Krashen, yakni proses pembelahan itu berakhir sewaktu anak berusia lima tahun.

Dengan demikian, jelas bahwa hipotesis periode kritis tidak bisa dijadikan kriteria keberhasilan pengajaran bahasa kedua atau bahasa asing. Keberhasilan seseorang belajar bahasa asing, menurut Gardner dan Lambert, tidak tergantung pada kemampuan intelektual atau kecakapan bawaan berbahasa, tetapi sangat ditentukan oleh motif atau kebutuhan berkomunikasi dalam lingkungannya.

Bukan jaminan
Sejak masuk SD bahkan TK, anak sudah "dituntut" menguasai lebih dari satu bahasa; bahasa daerah dan Indonesia. Keduanya dipakai sebagai bahasa pengantar dalam proses belajar-mengajar.

Betapa beratnya beban mereka, bila kemudian masih ditambah lagi belajar bahasa Inggris. Empat bahasa harus mereka kuasai dalam satu periode, misalnya.

Kenyataan itu bukannya menambah cepat anak menguasai bahasa asing. Di samping akan menimbulkan beban psikologis, tak tertutup kemungkinan laju perkembangan bahasa daerah dan nasional anak pun malahan terhambat, atau justru merusak sistem-sistem bahasa yang terlebih dahulu dia kuasai.

Hal seperti itu tidak jauh berbeda dengan anak yang sedang belajar bola tangan. Sebelum ia mahir bermain bola tangan, lalu ditimpa lagi dengan permainan bola basket dan sepak bola. Pelatih tidak perlu heran apabila kemudian si anak memasukkan bola dengan tangan ketika bertanding sepak bola, atau menyundul dan menendang bola ketika anak bermain bola basket.

Jeperson jauh-jauh sebelumnya memperingatkan bahwa anak yang mempelajari dua bahasa tidak akan dapat menguasai kedua bahasa itu dengan sama baiknya. Juga tak akan sebaik mempelajari satu bahasa. Kerja otak untuk menguasai dua bahasa akan menghambat anak untuk mempelajari hal lain yang harus dia kuasai. Perkembangan bahasa anak terganggu, baik dalam penggunaan kosa kata, struktur tata bahasa, bentuk kata, dan beberapa penyimpangan bahasa lainnya.

Tidak terelakkan, dalam era global penguasaan bahasa Inggris hukumnya wajib. Siapa yang ingin luas pergaulan, sukses berbisnis, maupun menguasai ilmu pengetahuan mau tidak mau harus menguasai bahasa yang satu ini. Namun, dalam penanaman kita dituntut sikap bijak dan tidak tergesa-gesa.

Di samping perlu mempertimbangkan kemampuan anak, para orang tua hendaknya memperhatikan pula kepentingan anak akan penguasaan bahasa daerah dan nasional. Kedua bahasa itu tidak bisa dilepaskan begitu saja dari fungsi keseharian dan tanggung jawab sosial anak. Sebab itu, akan lebih baik bila bahasa Inggris atau bahasa asing lain diberikan setelah bahasa daerah dan bahasa nasional terkuasai secara mantap. Pengajaran bahasa asing dalam usia dini toh bukan jaminan mutlak keberhasilan berbahasa pada anak.

IQ Bukan Kunci Kecerdasan

Bila bicara mengenai kecerdasan seorang anak, mungkin Anda langsung akan menghubungkannya dengan Intelligence Quotient, atau yang lebih dikenal dengan IQ. IQ ini seringkali menjadi panduan kecerdasan seseorang untuk masuk sekolah atau diterima kerja. Anda sendiri pun mungkin sudah sangat akrab dengan tes-tes semacam yang bertujuan sama, yaitu mengetahui skor IQ.

Si buyung dan si upik pun saat masuk sekolah biasanya akan melewati tes IQ sebagaimana juga Anda dulu. Bila skornya cukup tinggi dan di atas rata-rata, bolehlah Anda berbangga hati. Orang tua mana sih yang tidak bangga bila tes IQ buah hatinya menunjukkan angka yang tinggi Nah bagaimana bila skor IQ-nya hanya sebatas rata-rata saja? Janganlah dulu berkecil hati, apalagi sampai menghukum si kecil yang baru saja mau masuk sekolah dengan setumpuk buku-buku pelajaran. Hidup seseorang tidak sepenuhnya bergantung pada IQ kok!

Untuk menggolongkan kecerdasan buah hati, IQ bukanlah satu-satunya patokan utama yang mendasarinya. Biasanya skor IQ hanyalah dipergunakan untuk seperti diatas biasanya adalah nilai untuk mengukur kecerdasan akademik atau IQ verbal anak, yaitu kemampuan anak untuk belajar dengan cepat dengan cara membaca dan menulis.

Setiap anak pada dasarnya adalah cerdas. Namun kecerdasan apa yang paling menonjol dari Anda berbeda-beda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan manusia tidak hanya meliputi kecerdasan intelektual belaka. Kecerdasan anak Anda bisa jadi termasuk dalam Multiple Intelligence . Coba perhatikan, pasti minimal salah satu dari 9 jenis kecerdasan di bawah ini ada pada buah hati Anda..

1. Linguistik Verbal
Kecerdasan yang biasanya dipakai oleh institusi pendidikan
untuk mengukur IQ seorang anak, seperti yang dijelaskan
di atas. Biasanya berkisar pada kemampuan menggunakan kata-kata secara efektif.

2. Numerik
Kecerdasan yang berhubungan angka atau matematika, termasuk juga kemahiran menggunakan logika.

3. Spasial
Kecerdasan gambar dan visualisasi yang berhubungan dengan kreatifitas seperti seni dan desain.

4. Kinestetik-Jasmani
Kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan fisik seperti olahraga dan gerak pada atlet dan penari. Termasuk juga orang yang cepat belajar dengan cara melihat, menyentuh dan mengerjakan sesuatu secara langsung.

5. Naturalis
Kecerdasan yang dimiliki oleh orang yang mampu berhubungan dengan alam seperti tumbuh-tumbuhan, binatang, seperti misalnya pelatih binatang.

6. Interpersonal
Kecerdasan dimana ia mampu memahami dan berkomunikasi dengan mudah dengan orang lain.

7. Intrapersonal
Kemampuan untuk mengatahui kelebihan dan kekurangan termasuk mengendalikan dan mengatur dirinya sendiri. Kecerdasan ini juga sering disebut dengan kecerdasan emosi atau emotional intelligence . Daniel Goleman , di dalam bukunya yang berjudul “Emotional Intelligence”, mengatakan bahwa kecerdasan emosi ini adalah yang terpenting dari kecerdasan yang lain.

8. Musikal
kemampuan menyanyikan lagu, mengingat melodi, peka irama atau sekedar menikmati musik

9. Moral
kemampuan untuk memiliki nilai-nilai dan norma yang ada di masyarakat dan menerapkannya dengan baik pada keseharian.

Bukan mustahil bila buah hati Anda memiliki berbagai kecerdasan sekaligus. Jadi, berikan kesempatan anak anda untuk melakukan sebanyak mungkin kegiatan yang bervariasi, sehingga dia akan menemukan kegiatan yang paling sesuai untuk dirinya. Good luck!

Aktivitas Seni, Rangsang Kreatifitas Anak

Sejak di play group atau taman bermain, anak umumnya sudah diperkenalkan pada kegiatan seni yang sederhana. Mulai dari mewarnai, menggambar atau membuat kolase atau tempel-tempelan. Tapi benarkah aktivitas seni merangsang daya kreatifitas anak? Apakah hanya kegiatan seni yang punya peran merangsang kreatifitas anak?

Alangkah bangganya Nadira pada perkembangan putrinya, Nalwa (4 tahun) yang kini sudah pandai mewarnai dengan rapi dan indah. Memang sejak usia 3 tahun, Nalwa sudah dimasukkan ke taman bermain yang kebetulan dekat rumah. Alasannya, agar Nalwa punya kegiatan dan tidak hanya ngendon di rumah yang tidak membuatnya kreatif.

Kini alasan itu terbukti. Jika Nalwa mewarnai fldak ada lagi wama yang keluar dari garisnya. Selain itu dia juga terlihat mahir memainkan padanan warna bahkan tebal tipis nya pun sudah dikuasainya. “Duhh… cantiknya gambar putri mama,” seru Nadira begitu Nalwa memperlihatkan gambar bunga dan kupu-kupu yang bare saja selesai diwamainya Sejak pandai mewarnai, dalam pandangan Nadira, banyak kemajuan yang telah di capai oleh Nalwa.

Jika melihat kertas kosong inginnya selalu menggambar. Tak hanya itu, Nalwa jarkan untuk berpikir dan mengolah masalah dari sudut seni yang tidak kaku, terbuka terhadap berbagai masukan, sehingga dapat menyelesaikan masalah dengan cara yang unik. “Seni mengajarkan anak pada keleluasaan cara berpikir, ide-ide kreatif hingga memandang sesuatu dari yang orisinal, bahkan kemampuan untuk mencari penyelesaian masalah atau problem solving,” urai Rosdiana.

Namun disayangkan Rosdiana, banyak orang yang hanya terpaku pada kegiatan seni saja untuk merangsang kreatifitas anak. Dukungan dari lingkungan, katanya, juga sangat berperan dalam membangun pondasi kreatifitas ini. “Kegiatan lain seperti olah raga, bela diri, dapat mengajarkan anak untuk mengendalikan emosi,” papar Rosdiana yang aktif di Klinik Mutiara Gading, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Seri bela diri dapat mengolah emosi terutama bagi anak yang pemarah, tidak sabaran atau cengeng.

Seni bela diri seperti pencak silat atau taekwondo dan sejenisnya juga memiliki pengaruh besar dalam menyalurkan amarah dan rasa malu. Kedua seni ini sama-sama mengajarkan kebersamaan, kerja sama dan pengendalian diri.

Dengan dukungan dan rangsangan penuh dari lingkungan, maka kreatifitas anak akan muncul. Contohnya, jika anak memilih wama kuning atau coklat pada daun yang akan -diwamainya, jangan salahkan atau langsung menyuruhnya mengganti dengan warna hijau. Barangkali anak sedang berimajinasi bahwa tidak semua daun berwama hijau. Memaksanya untuk mengganti karena beranggapan bahwa wama daun harus hijau, sama artinya memasung kreatifitasnya. Pada akhirnya jika hal itu sering Anda lakukan, kreatifitas anak akan terhenti. “Malas ah, paling nanti mama akan menyalahkan.”

Banyak manfaat yang dapat diambil dari kegiatan seni. Manfaat tersebut tentunya akan berguna juga dalam kehidupan sehari-hari. Kesuksesan anak tidak hanya di ukur dari skor IQ yang tinggi saja. Kehidupan ini tidak di nilai oleh IQ tapi lebih pada kecerdasan seseorang dalam mengolah diri dan lingkungannya Oleh karena itu saran Rosdiana, amat menyedihkan jika anak yang cerdas tidak diberi sentuhan seni. Rosdiana mengakui berdasarkan penelitian, anak yang tumbuh tanpa dibarengi dengan kemampuan seni maka kehidupannya akan menjadi gersang. Anak menjadi kaku, ddak hanya dalam berinteraksi dengan lingkungan tapi juga dalam memandarig persoalannya. “Prosentase keberhasilan seseorang 77 hingga 80% ditentukan oleh Emosional Quation-baru selebihnya Intelegence Quation,” tegasnya. Jika penelitian berkata demikian akankah Anda berpikir sempit tentang ragam kreatifitas seni?

Resiko Persalinan Caesar

Jaman dahulu kala, persalinan hampir selalu mengenal kata "normal", dalam arti bayi keluar melalui "jalan lahir" atau vagina. Seorang kerabat pernah bercerita, ketika melahirkan anaknya yang sungsang, oleh bidan perutnya "dipijat sedemikian rupa" supaya posisi kepala bayi mengarah ke vagina. Walhasil rasanya pasti sakit luar biasa, karena pada saat itu bayinya sudah menendang-nendang, dan tangan bidan menekan sebegitu kerasnya untuk bisa memutar posisi bayi.

Pada akhir dekade 70an, caesar adalah jalan akhir yang baru diambil ketika proses kelahiran normal tidak mungkin dilakukan. Posisi saya sewaktu di perut ibu waktu itu sungsang 180derajat, artinya posisinya benar-benar terbalik dari yang semestinya (membujur, bukan melintang). Sebelum keluar keputusan caesar dari dokter, dokter tetap mengusahakan proses kelahiran secara normal. namun setelah dipastikan tidak mungkin, barulah dokter minta persetujuan dari ayah untuk melakukan operasi caesar. Walhasil saat itu saya lahir telat sekitar 4 jam, sehingga saya keluar dalam keadaan biru dan keracunan air ketuban.

Namun mulai akhir dekade 90an sampai dengan saat ini, melahirkan dengan cara caesar seakan-akan menjadi trend dan mode. Para calon ibu berbondong-bondong mem-booking rumah sakit untuk melakukan proses kelahiran dengan cara caesar, seperti halnya mem-booking hotel. Operasi caesar pun banyak yang dilakukan tanpa anjuran medis sama sekali. Alasan yang diberikan umumnya agar bisa memilih tanggal lahir seperti yang diinginkan (misalnya, pada pergantian millenium), juga untuk alasan praktis seperti sang ibu tidak perlu tersiksa harus mengejan, selain itu rasa nyeri yang ditimbulkan saat proses kelahiran juga tidak separah melahirkan normal karena sang ibu mengalami bius, baik lokal maupun total. Tak heran, angka kelahiran caesar di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun.

Banyaknya calon ibu yang minta di-caesar tanpa rekomendasi medis, diduga karena kurangnya informasi tentang hal itu. Padahal, resiko operasi itu banyak dan serius, sehingga jauh lebih berbahaya dibanding persalinan normal. Dan yang harus memikul resiko itu bukan cuma sang ibu, tapi juga bayi. WHO sendiri mengatakan bahwa seharusnya operasi caesar hanya digunakan untuk menangani 10-15% persalinan.

Dalam kesempatan ini, mediasehat akan membantu para calon ibu untuk mengetahui seluk beluk resiko kelahiran secara caesar, baik pada ibu, maupun pada bayi.


RESIKO PADA IBU

Resiko Jangka Pendek

1. Infeksi pada Bekas Jahitan
Infeksi luka akibat persalinan caesar beda dengan luka persalinan normal. Luka persalinan normal sedikit dan mudah terlihat, sedangkan luka operasi caesar lebih besar dan berlapis-lapis. Untuk diketahui, ada sekitar 7 lapisan mulai dari kulit perut sampai dinding rahim, yang setelah operasi selesai, masing-masing lapisan dijahit tersendiri. Jadi bisa ada 3 sampai 5 lapis jahitan. Bila penyembuhan tidak sempurna, kuman akan lebih mudah menginfeksi sehingga luka menjadi lebih parah. Bukan tidak mungkin dilakukan penjahitan ulang.

2. Infeksi Rahim
Infeksi Rahim terjadi jika ibu sudah kena infeksi sebelumnya, misalnya mengalami pecah ketuban. Saat dilakukan operasi, rahim pun terinfeksi. Apalagi jika antibiotik yang digunakan dalam operasi tidak cukup kuat.

3. Keloid
Keloid atau jaringan parut muncul pada organ tertentu karena pertumbuhan berlebihan. sel-sel pembentuk organ tersebut. Ukuran sel meningkat dan terjadilah tonjolan jaringan parut. Perempuan yang punya kecenderungan keloid tiap mengalami luka niscaya mengalami keloid pada sayatan bekas operasinya.

4. Cedera Pembuluh Darah
Pisau atau gunting yang dipakai dalam operasi beresiko mencederai pembuluh darah. Misalnya tersayat. Kadang cedera terjadi pada penguraian pembuluh darah yang lengket. Ini adalah salah satu sebab mengapa darah yang keluar pada persalinan caesar lebih banyak dibandingkan persalinan normal.

5. Cedera pada Kandung Kemih
Kandung kemih letaknya melekat pada dinding rahim. Saat operasi caesar dilakukan, organ ini bisa saja terpotong. Perlu dilakukan operasi lanjutan untuk memperbaiki kandung kemih yang cedera tersebut.

6. Perdarahan
Perdarahan tak bisa dihindari dalam proses persalinan. Namun, darah yang hilang lewat operasi caesar dua kali lipat dibandingkan lewat persalinan normal.

7. Air Ketuban Masuk ke Pembuluh Darah
Selama operasi caesar berlangsung, pembuluh darah terbuka. Ini memungkinkan komplikasi berupa masuknya air ketuban ke dalam pembuluh darah (embolus). Bila embolus mencapai paru-paru, terjadilah apa yang disebut pulmonary embolism. Jantung dan pernapasan ibu bisa terhenti secara tiba-tiba. Terjadilah kematian mendadak.

8. Pembekuan Darah
Pembekuan darah bisa terjadi pada urat darah halus di bagian kaki atau organ panggul. Jika bekuan ini mengalir ke paru-paru, terjadilah embolus.

9. Kematian Saat Persalinan
Beberapa penelitian menunjukkan, angka kematian ibu pada operasi caesar lebih tinggi dibanding persalinan normal. Kematian umumnya disebabkan kesalahan pembiusan, atau perdarahan yang tak ditangani secara cepat.

10. Kelumpuhan Kandung Kemih
Usai operasi caesar, ada kemungkinan ibu tidak bisa buang air kecil karna kandung kemihnya kehilangan daya gerak (lumpuh). Ini terjadi karena saat proses pembedahan berlangsung, kandung kemih terpotong.

11. Hematoma
Hematoma adalah perdarahan dalam rongga tertentu. Jika ini terjadi, selaput di samping rahim akan membesar membentuk kantung akibat pengumpulan darah yang terus menerus. Akibatnya fatal, yaitu kematian ibu. Sebenarnya, kasus ini juga bisa terjadi pada persalinan normal. Tapi mengingat resiko perdarahan pada operasi caesar lebih tinggi, resiko hematoma pun lebih besar.

12. Usus Terpilin
Operasi caesar mengakibatkan gerak peristaltik usus tak bagus. Kemungkinan karena penangananan yang salah akibat manipulasi usus, atau perlengketan usus saat mengembalikannya ke posisi semula. Rasanya sakit sekali dan harus dilakukan operasi ulang.

13. Keracunan Darah
Keracunan darah pada operasi caesar dapat terjadi karena sebelumnya ibu sudah mengalami infeksi. Ibu yang di awal kehamilan mengalami infeksi rahim bagian bawah, berarti air ketubannya sudah mengandung kuman. Jika ketuban pecah dan didiamkan, kuman akan aktif sehingga vagina berbau busuk karena bernanah. Selanjutnya, kuman masuk ke pembuluh darah ketika operasi berlangsung, dan menyebar ke seluruh tubuh. Keracunan darah yang berat menyebabkan kematian ibu.


Resiko Jangka Panjang

14. Masalah Psikologis
Berdasarkan penelitian, perempuan yang mengalami operasi caesar punya perasaan negatif usai menjalaninya (tanpa memperhatikan kepuasan atas hasil operasi). Depresi pasca persalinan juga merupakan masalah yang sering muncul. Beberapa mengalami reaksi stres pascatrauma berupa mimpi buruk, kilas balik, atau ketakutan luar biasa terhadap kehamilan. Masalah psikologis ini lama-lama akan mengganggu kehidupan rumah tangga atau menyulitkan pendekatan terhadap bayi. Hal ini bisa muncul jika ibu tak siap menghadapi operasi.

15. Pelekatan Organ Bagian Dalam
Penyebab pelekatan organ bagian dalam pascaoperasi caesar adalah tak bersihnya lapisan permukaan dari noda darah. Terjadilah pelengketan yang menyebabkan rasa sakit pada panggul, masalah pada usus besar, serta nyeri saat melakukan hubungan seksual. Jika kelak dilakukan operasi caesar lagi, pelekatan bisa menimbulkan kesulitan teknis hingga melukai organ lain, seperti kandung kemih atau usus.

16. Pembatasan Kehamilan
Dulu, perempuan yang pernah menjalani operasi caesar hanya boleh melahirkan tiga kali. Kini, dengan teknik operasi yang lebih baik, ibu memang boleh melahirkan lebih dari itu, bahkan sampai lima kali. Tapi resiko dan komplikasinya makin berat.



Resiko Persalinan Selanjutnya

17. Sobeknya Jahitan Rahim
Ada tujuh lapis jahitan yang dibuat saat operasi caesar. yaitu jahitan pada kulit, lapisan lemak, sarung otot, otot perut, lapisan dalam perut, lapisan luar rahim, dan rahim. Jahitan rahim ini bisa sobek pada persalinan berikutnya. Makin sering menjalani operasi caesar, makin tinggi resiko terjadinya sobekan.

18. Pengerasan Plasenta
Plasenta bisa tumbuh ke dalam melewati dinding rahim, sehingga sulit dilepaskan. Bila plasenta sampai menempel terlalu dalam (sampai ke myometrium), harus dilakukan pengangkatan rahim karena plasenta mengeras. resikonya terjadi plasenta ini bisa meningkat karena operasi caesar.

19. Tersayat
Ada dua pendapat soal kemungkinan tersayatnya bayi saat operasi caesar. Pertama, habisnya air ketuban yang membuat volume ruang di dalam rahim menyusut. Akibatnya, ruang gerak bayi pun berkurang dan lebih mudah terjangkau pisau bedah. kedua, pembedahan lapisan perut selapis demi selapis yang mengalirkan darah terus menerus. Semburan darah membuat janin sulit terlihat. Jika pembedahan dilakukan hati-hati, bayi bisa tersayat di bagian kepala atau bokong. Terlebih, dinding rahim sangat tipis.

20. Masalah Pernapasan
Bayi yang lahir lewat operasi caesar cenderung mempunyai masalah pernapasan yaitu napas cepat dan tak teratur. Ini terjadi karena bayi tak mengalami tekanan saat lahir seperti bayi yang lahir alami sehingga cairan paru-parunya tak bisa keluar. Masalah pernapasan ini akan berlanjut hingga beberapa hari setelah lahir.

21. Angka APGAR Rendah
Angka Apgar adalah angka yang mencerminkan kondisi umum bayi pada menit pertama dan menit ke lima. Rendahnya angka Apgar merupakan efek anestesi dan operasi caesar, kondisi bayi yang stres menjelang lahir, atau bayi tak distimulsai sebagaimana bayi yang lahir lewat persalinan normal. Berdasarkan penelitian, bayi yang lahir lewat operasi caesar butuh perawatan lanjutan dan alat bantu pernapasan yang lebih tinggi dibandingkan bayi lahir normal.


Sumber :
1. Majalah Parents Guide, Vol. No. 7, April 2003
2. Majalah Parents Guide, Vol. No. 7, April 2003

Kegemukan dan Kehamilan

Berarti peluang lebih besar untuk kelahiran prematur atau sebelum waktunya. Namun meski berat Anda sudah berlebihan awalnya, ada cara sehat untuk naik secukupnya kelak:

Jangan berdiet. “Bila Anda membatasi asupan kalori atau karbohidrat, bayi Anda tidak akan mendapat zat-zat yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang,” kata Toya Ellis, M.D., dokter kandungan pada Kaiser Permanente Health Plan.

Jangan makan untuk dua orang. Abaikan nasihat yang menganjurkan agar Anda makan apapun yang Anda mau karena sedang hamil. Jika Anda kegemukan, Anda perlu kurang dari 300 kalori ekstra per hari – setara dengan yogurt tanpa lemak yang diberi granola.

Olahraga deh – namun jangan berlebihan. Tetap aktif adalah cara paling pas untuk mengikis ekstra kilogram. Namun bila dulunya Anda lebih senang duduk di depan TV, lakukan pelan-pelan. Memulai sesuatu yang akan menguras tenaga bisa mengurangi aliran darah pada bayi Anda. Tebakan Anda benar: jalan saja setiap hari.

Mulailah kebiasaan baik sekarang juga. Kita semua ingin memberi yang terbaik untuk bayi kita, jadi biarkan perasaan itu membuat Anda menghindari makanan tidak bergizi serta hanya memilih yang sehat-sehat saja. Kalau Anda mengidam milkshake, pilih smoothie yang rendah lemak. Ganti pretzel dengan keripik kentang. Kebiasaan yang Anda lakukan kini akan terbawa hingga usai melahirkan.

Cantik Semasa Hamil

Kehamilan adalah masa 9 bulan yang mendebarkan plus ada begitu banyak rahasia yang tak terungkap. Selain kehadiran janin dalam rahim membuat perut membuncit, ukuran pinggul dan bokong membesar, hingga nafsu makan meningkat; ternyata kehamilan bisa membuat kulit bercahaya dengan helaian rambut yang sehat. Masalahnya, bagi sebagian wanita, kehamilan justru bisa berarti kulit berminyak dan berjerawat, timbulnya noda hitam, ketombe yang tak berkesudahan, sampai serangan stretchmarks! Ada apa sih, sebenarnya dengan kehamilan?

Banyak pihak mengatakan, kehamilan memicu terjadinya perubahan hormon, yang berjalan seiring dengan pertumbuhan janin. Tapi, kondisi ini memberi dampak yang berbeda-beda pada setiap individu. Selain itu, kehamilan bisa membuat mood lebih sensitif. Makanya, para ibu hamil sangat dianjurkan untuk tidak mengabaikan ritual perawatan kecantikan. Selain berfungsi mempertahankan keindahan kulit maupun rambut, ritual ini bisa membuat penampilan tetap menarik dan suasana hati selalu senang.

Sayangnya, banyak kebiasaan dari perawatan tersebut diabaikan dengan berbagai alasan saat hamil. Di antaranya, takut akan efek yang mungkin ditimbulkan oleh produk maupun perawatan yang biasa dilakukan. Benarkah hal ini berbahaya bagi pertumbuhan janin?

Rambut sehat dan indah
Dalam kehidupan nyata, banyak ibu hamil yang menghindari –atau setidaknya menghentikan sejenak– kebiasaan mewarnai rambut. Benarkah produk pewarnaan rambut berbahaya bagi janin?

Menurut Gideon Koren, M.D., profesor bagian kesehatan anak, farmakologi, serta genetika pada University of Toronto, proses pewarnaan tidak akan memberi dampak negatif pada perkembangan janin! “Memang, penelitian pada tahun 1980 menyebutkan, mereka yang berhubungan langsung dengan produk tersebut lebih berisiko tinggi mengalami keguguran. Namun ternyata, hal ini lebih karena aspek fisik dari pekerjaan itu, seperti berdiri selama berjam-jam, dan bukan karena terpapar zat kimia,” kata Dr. Koren. Peneliti dari Centers for Disease Control and Prevention Amerika menemukan, risiko melahirkan dini atau memiliki bayi dengan berat badan lahir rendah bagi sekelompok ibu yang menggunakan produk untuk mengeriting atau meluruskan rambut selama kehamilan ternyata tidak lebih tinggi dari mereka yang tidak menggunakan produk tersebut.

Secara eksplisit mereka mengakui, formula pewarna rambut bisa menyerap ke dalam kulit kepala dan masuk ke dalam jaringan pembuluh darah. Tapi ternyata, kandungan di dalamnya tidak berbahaya bagi janin. Walaupun aman, sebaiknya jangan melakukan pewarnaan rambut pada 3 bulan pertama kehamilan (trimester 1), karena di masa tersebut organ-organ penting janin sedang berkembang.

Kulit bersih bercahaya
Masalah lain yang juga kerap mengganggu ibu hamil adalah kondisi kulit yang cenderung lebih berminyak. Beberapa ibu bahkan mengalami perubahan hormon yang cukup signifikan, sehingga timbul jerawat pada kulit wajah. Masalah ini bisa dikurangi atau dicegah untuk menjadi lebih buruk dengan menggunakan obat jerawat atau produk perawatan khusus yang aman bagi Anda dan janin.

Pilih obat jerawat jenis topical (dioleskan pada kulit) atau produk perawatan kulit yang tidak mengandung Tretinoins; seperti Retin-A, Renova, dan Retinol. Hindari obat jerawat yang mengandung Accutane. Obat jenis ini diyakini bisa memicu terjadinya keguguran atau gangguan kelahiran bayi.

Menurut para ahli, cara yang cukup aman untuk mengatasi/mengurangi masalah jerawat adalah dengan menggunakan produk perawatan topical yang mengandung benzoyl peroxide atau azelaic acid. Anda juga bisa memakai produk perawatan yang tidak mengandung minyak (sehingga tidak memicu timbulnya jerawat baru)

Walaupun kulit wajah Anda bebas jerawat atau tidak berminyak, jangan abaikan perawatan rutin. Lakukan facial atau deep cleansing treatment. Selain membersihkan kulit secara seksama, perawatan ini juga memperlancar peredaran darah pada kulit wajah. Lakukan juga perawatan microdermabrasion atau chemical peeling menggunakan glycolic acid untuk membersihkan ‘tumpukan’ sel kulit mati sekaligus merangsang proses regenerasi kulit yang lebih baik. Bila tak terbiasa melakukan perawatan ini, Anda bisa menggunakan produk perawatan kulit yang memiliki fungsi serupa, yaitu produk yang mengandung AHA (Alpha Hydroxy Acid –formulanya berupa glycolic acid dan lactic acid)– atau BHA (Beta Hydroxy Acid, yang formulanya dikenal sebagai salicylic acid).

Alternatif lain adalah produk perawatan kulit yang mengandung antioksidan, yang biasanya mengandung formula terbuat dari buah-buahan atau bahan-bahan alami lain yang sarat vitamin C dan E. Selain aman, produk dengan kandungan ini juga terbukti efektif mempertahankan keindahan dan kesehatan kulit.

Cara termudah mempertahankan kelembaban kulit agar terhindar dari masalah stretchmarks (peregangan kulit) adalah sesering mungkin mengulaskan pelembap kulit tubuh yang kaya vitamin E. Sayangnya, langkah tersebut terkadang tidak sanggup mempertahankan elastisitas kulit secara optimal terhadap perubahan fisik yang drastis.

Menurut para peneliti, cara paling mudah, aman, dan efektif untuk menghindari stretchmarks adalah mengulaskan minyak zaitun murni pada kulit perut secara merata sehabis mandi atau sesering mungkin saat kulit terasa kering. Selain aman bagi kulit tubuh, minyak zaitun yang kaya vitamin E ini tidak berdampak negatif pada pertumbuhan janin.